Thursday, October 24, 2013

Beriman dengan Kitab-kitab Allah


Beriman Dengan Kitab-kitab
Kitaab dalam bahasa arab berasal dari kata kerja kataba yaktubu yang bermakna menulis. Kitab berarti sesuatu yang tertulis. Namun ia juga digunakan untuk menunjuk lembaran beserta tulisan yang terdapat di dalamnya. Allah ta’ala berfirman: “Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit.” (an-Nisaa: 153) Kitab dari langit maksudnya lembaran yang berisi tulisan.
Adapun kitab yang harus diimani adalah kitab-kitab dan lembaran-lembaran yang mengandung firman Allah ta’ala yang diwahyukan kepada para rasul alaihimush shalaatu wassalaam. Baik itu berupa kitab yang diturunkan dalam bentuk telah berisi firman-firman Allah ta’ala, seperti Taurat, atau kitab yang dituliskan padanya firman-firman Allah ta’ala berdasarkan penyampaian malaikat, seperti kitab-kitab selain Taurat.

Kedudukan Iman Dengan Kitab-kitab
Beriman dengan semua kitab yang telah Allah ta’ala turunkan kepada rasul-rasul-Nya adalah salah satu rukun iman dan pokok agama. Keimanan tidak akan terwujud tanpa iman dengan kitab-kitab. Hal ini ditunjukkan oleh al-Quran dan as-Sunnah.
Di antara dalil al-Quran tentang hal ini ialah firman Allah taala: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (an-Nisa: 136)
Pada ayat ini Allah ta’ala memerintahkan orang-orang beriman untuk masuk ke dalam seluruh rukun iman dan cabangnya. Allah ta’ala memerintahkan mereka untuk beriman kepada-Nya, Rasul-Nya, yaitu Muhammad shallallahu alaih wa sallam; kitab yang diturunkan kepada beliau, yaitu al-Quran; dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, seperti Taurat, Zabur dan Injil. Kemudian pada penutupan ayat ini Allah ta’ala menjelaskan bahwa orang yang mengingkari satu saja dari rukun iman ini, ia telah tersesat sejauh-jauhnya dan keluar dari jalan yang lurus.
Adapun dalil dari as-Sunnah, di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu alaih wa sallam ketika ditanya oleh Malaikat Jibril alaihis salam tentang rukun-rukun iman. Dalam riwayat itu salah satu rukun yang disebutkan oleh Nabi shallallahu alaih wa sallam adalah beriman dengan kitab-kitab.
Dengan ini jelaslah bahwa beriman dengan kitab-kitab yang Allah ta’ala turunkan, dan membenarkan serta meyakini bahwa semua kitab itu datang dari Allah ta’ala dengan membawa kebenaran, petunjuk dan cahaya, adalah suatu kewajiban. Orang yang mendustakan atau menolak satu saja dari kitab-kitab itu, berarti ia telah kafir, keluar dari agama Islam.

Beberapa Unsur Yang Harus Ada Berkaitan Dengan Iman Kepada Kitab-kitab Allah ta’ala
Beberapa nas menunjukkan bahwa beriman dengan kitab-kitab Allah ta’ala terealisasi apabila mengandung beberapa unsur berikut ini:
  1. Keyakinan yang kokoh bahwa seluruh kitab itu diturunkan dari sisi Allah ta’ala. Ia adalah firman-Nya, dan Allah ta’ala mengucapkan firman-firman-Nya itu secara hakiki dan sesuai dengan apa yang Allah ta’ala inginkan.
Allah ta’ala berfirman: “Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil sebelum (Al-Quran), sebagai petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” (Ali Imraan: 3-4)
  1. Beriman bahwa seluruh kitab itu berisi seruan untuk menyembah Allah ta’ala semata, dan datang membawa kebaikan, petunjuk dan cahaya. Allah ta’ala berfirman: “Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imraan: 79)
  2. Beriman bahwa semua kitab yang Allah ta’ala turunkan saling membenarkan, tidak ada pertentangan dan kontradiksi antara satu kitab dengan kitab yang lain. Allah ta’ala berfirman: “Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (al-Maaidah 48)
“Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil, sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (al-Maaidah: 46)
Allah ta’ala berfirman menyifati al-Quran: “Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.” (an-Nisaa: 82)
  1. Beriman secara khusus dengan kitab-kitab Allah ta’ala yang disebutkan namanya, membenarkan kitab-kitab itu, dan membenarkan berita dari Allah ta’ala dan Rasul-Nya tentang kitab-kitab tersebut. Kitab-kitab yang dimaksud adalah:
    1. Taurat, yaitu kitab yang Allah ta’ala berikan kepada Nabi Musa alaihis salaam. Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.” (al-Qashash: 43)
    2. Zabur, yaitu kitab yang Allah ta’ala turunkan kepada Nabi Dawud alaih salaam. Allah ta’ala berfirman: “Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (an-Nisaa: 163)
    3. Suhuf (lembaran-lembaran) Ibrahim dan Musa. Allah subhaanahu wa ta’ala menyebutkan tentang suhuf ini pada dua tempat di dalam al-Quran; pada surat an-Najm: “Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran- lembaran Musa, dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (an-Najm: 36-39)
Dan surat al-A’la: “Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.” (al-A’la: 18-19)
  1. Injil, yaitu kitab yang Allah ta’ala berikan kepada Nabi Isa alaihis salaam.
  2. Al-Quran al-Karim, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alaih wa sallam, yang membenarkan dan menjadi saksi serta hakim atas kitab-kitab sebelumnya. Al-Quran adalah kitab Allah yang paling terakhir turun, paling sempurna dan paling mulia, penghapus kitab-kitab sebelumnya. Seruannya diperuntukkan kepada seluruh manusia dan jin.
Allah ta’ala berfirman: “Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (al-Maaidah 48)
“Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya).” (al-An’aam: 19) “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (al-Furqaan: 1)
  1. Keyakinan yang kokoh bahwa seluruh kitab dan suhuf (lembaran) yang Allah ta’ala turunkan telah terhapus dengan al-Quran al-Karim. Tidak boleh seorangpun dari kalangan jin dan manusia, penganut kitab atau suhuf terdahulu, atau yang lainnya, berhukum atau beribadah kepada Allah ta’ala selain dengan tuntunan yang ada di dalam al-Quran.
Dalil tentang hal ini banyak terdapat di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Di antara dalil al-Quran adalah firman Allah ta’ala: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (al-Furqan: 1)
Dan perintah Allah ta’ala kepada Nabi-Nya shallallahu alaih wa sallam untuk memutuskan hukum di antara Ahli Kitab dengan al-Quran.
Allah ta’ala berfirman: “Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (al-Maaidah 48)
Sedangkan dari as-Sunnah adalah hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu anhuma, bahwa Umar radhiallahu anhu pernah datang kepada Nabi shallallahu alaih wa sallam dengan membawa sebuah kitab yang ia dapat dari Ahli Kitab. Kemudian Umar membacakan kitab itu kepada Nabi shallallahu alaih wa sallam.
Maka Nabi shallallahu alaih wa sallam marah dan bersabda: “Apakah engkau dalam kebingungan tentang Islam wahai putra al-Khaththab? Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku telah datang kepada kalian membawa millah ini dalam keadaan putih cemerlang. Jangan kalian bertanya apapun kepada mereka, sebab bisa jadi kalian mendustakannya padahal mereka berkata benar, atau kalian membenarkannya padahal mereka berkata batil.
Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa masih hidup, tidak ada peluang baginya selain mengikutiku.” (HR. Ahmad 3/387 dan al-Baihaqi dalam Su’ab al-Iman 177)

Demikianlah beberapa perkara yang wajib diyakini berkenaan dengan kitab-kitab Allah.

Buah Keimanan Dengan Kitab-kitab
Beriman dengan kitab-kitab memiliki pengaruh yang sangat besar bagi seorang mukmin, di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Bersyukur kepada Allah ta’ala atas kelembutan dan perhatian-Nya kepada manusia. Yang diwujudkan dalam bentuk menurunkan kitab-kitab yang mengandung bimbingan untuk kebaikan dan kemaslahatan mereka di dunia dan di akhirat.
  2. Terlihatnya hikmah Allah ta’ala yang maha sempurna, karena di dalam kitab-kitab ini Allah ta’ala  mensyariatkan untuk setiap umat perkara-perkara yang sesuai dengan keadaan mereka. Kemudian Allah ta’ala menutupnya dengan al-Quran yang agung, yang cocok untuk seluruh makhluk, di semua tempat dan sepanjang masa sampai hari kiamat.
  3. Menetapkan sifat berbicara bagi Allah subhaanahu wa ta’ala, dan ucapan Allah ta’ala tidak serupa dengan ucapan makhluk. Sebab makhluk tidak mampu membuat yang semisal dengan ucapan Allah ta’ala ini.
 (Buletin Dakwah Jumat AS-SUNNAH Ed.43)

(Sumber : Ushul Iman fii Dhau al-Kitab wa as-Sunnah, Nukhbatun min al-Ulama)