Friday, August 22, 2014

SYAHADATAIN (Dua Kalimat Syahadat)

Dua kalimat syahadat (laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah) merupakan rukun Islam yang pertama yang diatasnya didirikan amalan dan tidak diterima suatu amal tanpa keduanya. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Islam dibangun diatas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilaah yang berhak disembah kecuali Allah semata dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan shaum di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadist diatas adalah dalil tentang rukun Islam yang salah satunya adalah syahadatain.

Al Hafizh Ibnul Rajab rahimahullah berkata: “Maksud hadits ini ialah bahwa Islam dibangun di atas lima perkara yang merupakan rukun dan tiang penyangga bangunan Islam. Dan maksud permisalan Islam dengan bangunan dan tiang penyangga bangunan yang lima adalah bahwa bangunan tidak akan berdiri kokoh jika tidak mempunyai tiang penyangga. Dan cabang Islam yang lain merupakan penyempurna bangunan tersebut. Jika salah satu cabang tersebut tidak ada maka bangunan tersebut akan berkurang namun masih tetap berdiri, tidak akan runtuh dengan kekurangan tersebut. Berbeda jika yang kurang tersebut adalah penopangnya. Dan tidak perlu diragukan , Islam seseorang akan runtuh semuanya jika salah satu rukun tersebut tidak ada. Begitu juga Islam seseorang akan lenyap bila tidak bersyahadat atau tidak mendirikan shalat. Dalam hadits yang berkaitan dengan hal tersebut disebutkan bahwa barangsiapa meninggalkannya berarti telah keluar dari Islam. Sejumlah ulama salaf dan khalaf memilih pendapat ini. Sebahagian dari mereka berpendapat:”Barangsiapa meninggalkan salah satu dari rukun Islam dengan sengaja berarti telah kafir…” (Jamiu’l ‘Ulum wal Hikam)

Dalil dari Syahadat Laa ilaaha illallah

Adapun dalil syahadat laa ilaaha illallah adalah firman Allah :



”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tiadalah ilah (yang berhak disembah) selain Dia.”(QS. Ali Imran:18)

Dalil untuk syahadat adalah sebuah ayat yang agung yang menunjukkan betapa pentingnya syahadat, karena merupakan sebuah kesaksian yang sangat agung. Persaksian yang agung adalah persaksian tauhid karena yang bersaksi adalah Allah Subahanahu wa Ta’ala dan para Malaikat bahwa tiada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata. Di ayat tersebut juga disebutkan bahwa ahli ‘ilmi yaitu para Nabi dan ulama mempunyai kedudukan yang tinggi di hadapan Allah karena Allah menyebutkan mereka secara khusus dan tidak menyebutkan manusia lain. Allah menyebutkan mereka secara khusus dan persaksian mereka disertakan dengan persaksian para malaikat, maka ayat ini juga bisa dijadikan dalil yang menunjukkan fadhilah ilmu.

Makna Syahadat Laa ilaaha illallah

Syahadat menurut bahasa adalah pemberitahuan tentang apa yang diketahui dan diyakini kebenarannya dengan pasti.

Syahadat menurut syari’at adalah pengakuan, pembenaran dan keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah ‘Azza wa Jalla tiada sekutu bagi-Nya. Jadi makna laa ilaaha illallah ialah keyakinan dan pengakuan bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah lalu berkomitmen dengannya dan mengamalkan tuntutannya. Maka beribadah hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya itulah makna laa ilaaha illallaah. Allah berfirman:



“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu.” (QS. Muhammad:19)

Maksudnya, ketahuilah bahwa Dia berhak untuk disembah, tidak ada penyembahan untuk selain-Nya, sebab Dialah satu-satunya yang berhak untuk disembah dan Dialah Rabb yang sebenarnya yang tidaklah pantas melakukan ibadah kepada selain-Nya.

Kedudukan Laa ilaaha illallah

Laa ilaaha illallah adalah kalimat yang dikumandangkan oleh kaum muslimin dalam adzan, iqamah, khutbah dan pembicaraan mereka. Karena kalimat ini: bumi dan langit ditegakkan, semua makhluk diciptakan, Allah mengutus rasul-rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, menetapkan syari’at-Nya, ditegakkan timbangan dengan adil, diletakkan kitab kumpulan hukum, berdiri pasar surga dan neraka, dan karenanya makhluk terbagi menjadi dua: mukmin dan kafir.

Tauhid adalah asa penciptaan, perintah, balasan pahala, dan siksaan. Dialah kebenaran yang diciptakan untuk dan dari para makhluk. Dari hak-haknya timbul pertanyaan dan perhitungan (di akhirat), sebabnya terjadi pahala dan siksaan, atasnya ditegakkan kiblat dan agama, karenanya dilepaskan pedang jihad dari sarungnya.

Tauhid merupakan hak Allah atas semua hamba, dia kalimat Islam, kunci Darussalam (surga), tentangnya akan ditanyakan orang-orang yang pertama dan terkahir, maka takkan tetap kedua kaki hamba di hadapan Allah hingga ditanya tentang dua masalah: Siapa yang dulu kalian sembah? Apa tanggapanmu terhadap para rasul? Jawaban soal pertama ialah dengan merealisasikan Laa ilaaha illallah (Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah) dengan pengetahuan, ikrar dan amal, sedangkan jawaban bagi soal kedua ialah dengan merealisasikan Anna Muhammadar Rasulullah (Sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah) dengan pengetahuan , tunduk, dan taat. (Zadul Ma’ad, Ibnul Qoyyim)

Keutamaan Tauhid ( Laa ilaaha illallah)

Pertama: Allah akan menghapuskan dosa-dosa orang yang bertauhid.

Dalilnya yaitu sabda Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata:”Aku mendengar Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman:

‘…Wahai Bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikitpun juga, pasti Aku akan memberikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula’. (HR. at Tirmidzi, ia berkata: “Hadits hasan ghorib”)

Kedua: Allah Ta’ala akan menghilangkan kesulitan dan kesedihan di dunia dan akhirat bagi orang yang bertauhid.

Allah Ta’ala berfirman:



“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberikannya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. ath Thalaq:2,3)

Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allag jika ia tidak betauhid. Orang yang bertauhid dan bertakwa, ia akan diberi jalan keluar dari berbagai problem hidupnya. (Lihat al Qaulus Sadiid fi Maqaashid Tauhid, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as Sa’di)

Ketiga: Allah akan menjadikan dan menghiasi dalam hati seorang yang bertauhid dengan rasa cinta kepada iman, serta menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.

Allah Ta’ala berfirman:



“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman itu) indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. al Hujurat :7)

Keempat: Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah. Dan orang yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam ialah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

Orang yang paling berbahagia dengan mendapat syafa’atku pada hari Kiamat, yaitu orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (HR. Bukharai, dari sahabat Abu Hurairah)

Kelima: Allah Ta’ala menjamin akan memasukkan seorang yang bertauhid ke Surga.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” (HR. Muslim, dari sahabat ‘Utsman)

Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia masuk Surga.” (HR. Muslim, dari sahabat Jabir)

Keenam: Allah Ta’ala akan memberikan kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan kepada orang yang bertauhid.

Allah Ta’ala berfirman:



“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad:7)

Ketujuh: Allah Ta’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat bagi seorang yang bertauhid.



“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an Nahl:97)

Kedelapan: Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di neraka.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Setelah penghuni surga masuk ke surga, dan penghuni neraka masuk ke neraka, maka setelah itu Allah pun berfirman:’Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang didalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman,’ maka mereka pun dikeluarkan dari neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di tepian sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kunngh dan berlipat-lipat?” (HR. Bukhari, dari Abu Sa’ad alkhudri)

Kesembilan: Tauhid merupakan penentu bagi diterima atau ditolaknya amal manusia.

Sempurna atau tidaknya amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang yang beramal, tetapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya amalnya akan menjadi boomerang baginya, yakni tidak mendatangkan kebahagiaan. Oleh karena itu, seluruh amal harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah, baik berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya.

Allah Ta’ala berfirman:



“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. al Mulk:2)

Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah menyebutkan dengan “amal yang baik” , tidak dengan “amal yang banyak” . Amal, disebut baik atau shahih, bila memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan ittiba’ kepada Nabi Muhammad Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa kalmat laa ilaaha illallah, pada hari Kiamat nanti, lebih berat timbangannya dibandingkan langit dan bumi dengan sebab ikhlas.

Kesepuluh: Orang yang bertauhid akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk.

Orang yang tidak mentauhidkan Allah dengan sempurna, maka ia selalu was-was, ia selalu dalam keadaan takut dan tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau takut mempunyai anak lebih dari dua, takut terhadap masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.



“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al An’am:82)

Rukun-Rukun Syahadat Laa Ilaaha Illallah

Adapun rukun dari syahadat Laa ilaaha illallah ada dua yaitu:

1. Menafikan (meniadakan)

Laa ilaaha (tiada Ilah yang berhak disembah) membatalkan atau menolak apa yang disembah selain Allah dalam semua bentuknya dan mewajibkan untuk mengingkari semua yang disembah selain Allah.

2. Menetapkan

Illallah (kecuali Allah) menetapkan bahwa tiada yang berhak dengan peribadatan kecuali Allah.

Semua pengertian ini ada dalam Al Qur’an, sebagaimana firman Allah:



“Maka barangsiapa yang kafir pada thaghut dan beriman pada Allah, sungguh dia telah berpegang pada tali yang sangat kuat.”(QS. Al Baqarah:256)

Penjelasan ayat:

“Maka barangsiapa yang kafir (ingkar) pada thaghut” bermakna rukun pertama (membatalkan atau menolak), “dan beriman pada Allah” semakna dengan rukun kedua (menetapkan).

Allah berfirman:



“Sesungguhnya saya berlepas diri dari apa yang kalian sembah. Kecuali Yang telah menjadikanku (hanya Dia yang saya sembah), maka sesungguhnya Dia akan memberikan hidayah kepadaku.” (QS. Az Zukhruf:26-27)

Penjelasan ayat:

“Sesungguhnya saya berlepas diri” inilah makna rukun pertama, “Kecuali Yang telah menjadikanku” inilah makna rukun kedua.

Dalil Syahadat Muhammad Rasulullah

Adapun dalil dari syahadat Muhammad Rasulullah adalah firman Allah:



“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (QS. At Taubah:128)

Ayat ini adalah dalil atas syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Dalam ayat tersebut juga terdapat penjelasan bahwa Allah telah memberikan kenikmatan kepada umat ini dengan mengurus seorang rasul yang mulia dan memberikan cirri rasul tersebut yaitu dari kaum mereka yang sudah mereka ketahui kejujuran dan nasabnya, sehingga dengan mudah mereka duduk bersamanya serta mendengar wejangan dan ucapannya karena beliau bukan orang asing di kalangan mereka.

Makna dan Rukun Muhammad Rasulullah

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata bahwa makna syahadat “Sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah” ialah mentaati perintahnya, membenarkan seluruh kabar yang beliau bawa, menjauhi segala yang beliau larang, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan syari’at yang beliau bawa.

Mentaati Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam berarti mentaati Allah ‘Azza wa Jalla, Allah berfirman:



“Katakanlah: Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran:31)

Dan firman Allah:

“Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya’.” (QS. Ali Imran:32)

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya:”Ya Rasulullah! Siapa yang enggan tersebut?” Jawab beliau: “Barangsiapa yang mentaatiku maka ia akan masuk surga dan barangsiapa yang mendurjakaiku maka dialah yang enggan masuk surga.” (HR. Bukhari)

Membenarkan Rasul Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam pada berita-beritanya baik tentang kejadian yang telah lalu ataupun yang akan datang dari persoalan ghaib, termasuk kewajiabn terbesar sebagaimana menjauhi larangannya (yang juga merupakan kewajiban terbesar). Allah berfirman:



“Dan apa yang dibawakan Rasul kepadamu maka ambillah.Dan yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al Hasyr:7)

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Apa yang aku larang terhadap kalian maka jauhilah dan apa yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari, Muslim)

Tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam. Oleh karena itu, diantara dua syarat diterimanya amal adalah mengikuti Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal dari kami maka amalan tersebut tertolak.” (HR.Bukhari,Muslim,Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dll)

Dalam satu riwayat Muslim disebutkan:

“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan termasuk ajaran kami, maka ia tertolak.”

Adapun rukun syahadat “Muhammadur Rasulullah”, maka ada dua yaitu:

1. Mengakui kerasulan Muhammad Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam.

2. Meyakini bahwa Beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam hanya hamba, sebagaimana yang Beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam sabdakan:

“Sesungguhnya saya hanyalah hamba, maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Maka beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak boleh diangkat melebihi derajat ketinggiannya hingga memberikan beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam suatu sifat yang khusus bagi Allah, misalnya: meyakini beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam mengetahui yang ghaib, memberika manfaat dan memudharatkan, dapat mengabulkan hajat dan menghilangkan kesusahan.

Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah

1. Ilmu

Jika seorang hamba sudah mengetahui bahwa hanya Allah yang patut disembah dan penyembahan kepada selain-Nya merupakan kebathilan serta ia beramal dengan tuntutan kalimat tauhid itu, maka ia telah berilmu akan makna kalimat tauhid. Allah Ta’ala berfirman:

“Ketahuilah (ilmuilah) bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” (QS. Muhammad :19)

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Siapa saja yang mati sedang dia mengilmui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah maka dia akan masuk surga.”

2. Yakin

Wajib bagi orang yang mengikrarkannya untuk meyakini sepenuh hatinya dan meyakini akan kebenaran apa yang dia lafazhkan bahwa hanya Allah yang berhak dengan ketuhanan sedangkan ketuhanan selain-Nya adalah bathil. Allah berfirman:



“Dan mereka yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelummu juga mereka yakin pada hari akhir.” (QS.Al Baqarah:4)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya saya utusan Allah. Tidaklah seorang hamba menemui Allah membawa kalimat ini tanpa ragu kepadanya kecuali dia pasti masuk surga.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya:

“Siapa saja yang kamu temui dibelakang dinding ini yang bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan hatinya yakin pada kalimat ini maka berilah ia berita gembira dengan surga.” (HR. Muslim)



“Sesungguhnya hanyalah (termasuk) orang-orang beriman, orang-orang yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya lalu mereka tidak ragu.” (QS. Al Hujurat:15)

Artinya: tidak ragu, bahkan mereka yakin dengan sesempurna keyakinan. Adapun orang yang ragu maka termasuk orang yang munafik, sebagaimana firman Allah:



“Hanyalah yang meminta izin kepadamu ialah mereka yang tidak beriman pada Allah dan hari Akhir serta hati mereka ragu lalu mereka berbolak-balik dallam keraguannya.” (QS. At Taubah:45).

3. Ikhlas

Ia menafikan syirik, sebab semua perkataan dan perbuatannya bersumber dari keikhlasan demi wajah Allah dan mencari ridha-Nya tanpa ada kekeruhan padanya. Allah berfirman:



“Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan (agama) yang lurus.” (QS. AL bayyinah:5)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Orang yang paling bahagian dengan syafa’atku, orang yang berkata tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah secara ikhlas dari hatinya.”

Dari Utsman radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Allah mengharamkan dari api neraka siapa saja yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan mencari wajah Allah.” (HR. Bukhari)

4. Jujur

Ia menafikan (menolak) kebohongan, sebab ia jujur pada Allah dalam imannya, jujur pada aqidahnya, jujur pada kata-katanya, dan jujur pada dakwahnya. Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan haruslah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (QS at Taubah:119)

Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah dengan jujur dari hatinya kecuali Allah mengharamkannya dari api neraka.” (HR. Bukhari)

5. Cinta

Ia menghilangkan benci. Orang yang bertauhid akan mencintai: kalimat ini, makna yang terkandung padanya, dan ahli tauhid yang mengamalkan tuntutannya. Maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya serta mendahulukan cinta pada keduanya atas segala yang dicintainya, firman Allah:



“Dan diantara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah:165)

6. Tunduk

Ia menghilangkan kesyirikan. Ia berarti menyerah diri dan tunduk pada apa yang ditunjukkan kalimat agung ini, sebagaimana firman Allah:

“Dan kembalilah kepada Tuhan kalian serta berserah dirilah kepada-Nya.” (QS. Az Zumar:54)

Menyerahkan diri berarti tunduk pada perintah-perintah Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa yang menyerahkan wajahnya pada Allah sedang dia berbuat baik maka sesuangguhnya dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat.” (QS. Luqman:22)

Firman Allah:

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari orang yang menyerahkan diri pada Allah sedang dia berbuat baik.” (QS. An Nisa’:125)

7. Menerima

Ia meniadakan penolakan, orang yang bertauhid menerima semua yang dituntut oleh kalimat ini dengan hati dan lisannya, sesuai firman Allah:

“Dan katakanlah bahwa kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami.” (QS. AL Baqarah:136)

Adapun orang yang mengucapkannya tapi tidak menerimanya, maka ia masuk dalam firman Allah:

“Sesungguhnya dahulu mereka jika dikatakan kepadanya Laa ilaaha illallah (tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah) maka mereka menyombongkan diri. Dan mereka telah berkata: ‘Apakah kami akan meninggalkan tuhan-tuhan kami sebab seorang penyair yang gila (Muhammad)?” (QS. Ash Shaffat:35-36).

8. Ingkar pada sesembahan selain Allah

Allah Ta’al berfirman:



“Maka barangsiapa yang ingkar pada thaghut dan beriman pada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.” (QS. Al Baqarah:256)

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan ingkar dengan sesembahan selain Allah, maka diharamkan (untuk menyerang) harta dan darahnya, sedangkan perhitungannya (jujur atau tidak ucapannya) nanti di sisi Allah.” (HR. Muslim)

Maraji’:

Kitab Syarhu Ad Durusi Al Muhimmati li ‘Ammati Al Ummati (edisi terjemahan, Pelajaran Penting bagi Kaum Muslimin), penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, penyusun Muhammad bin Ali bin Abrahim Al Arfaj

Kitab Syarah Tsalatsatul Ushuul, penulis Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, pensyarah Abdullah bin Shalih al Fauzan.

Kitab Syarh Al Arba’iin an Nawawiyyah, penulis Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, tahqiq Ahmad Abu Majd.

Majalah As Sunnah Edisi 11/X/1428H/2007M