وله من العمر ثلاث وستون سنة. منها أربعون قبل النبوة، وثلاث وعشرون نبيا رسولا. نُبِّئَ ب {اقْرَأْ} وأُرْسِلَ بالمدثر، وبلده مكة، وهاجر إلى المدينةUsia beliau adalah enam puluh tiga (63) tahun. Empat puluh (40) tahun sebelum kenabian, dan dua puluh tiga (23) tahun berikutnya menjadi nabi dan rasul. Beliau mulai diangkat sebagai nabi dengan diwahyukannya iqra’(surat Al ‘Alaq) kepada beliau. Dan mulai diutus sebagai rasul dengan diwahyukannya surat Al-Mudatstsir. Negeri beliau adalah Makkah dan beliau berhijrah ke Madinah.
Perkataan penulis:
beliau berumur 63 tahun.
Ini adalah perkara kedua (dari mengenal Nabi) yakni mengetahui umur, tempat dan tanggal lahir beliau.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah , ia berkata: [توفي النبي وهو ابن ثلاث وستين] “Nabi wafat pada usia 63 tahun”. [Hadits riwayat Al-Bukhary (6/556). Muslim (no 2349)]
Beliau lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul awal pada tahun gajah. [Lihat AI-Bidayah Wan Nihayah. (1/ 259)]
Perkataan penulis :
Beliau diangkat menjadi rasul pada usia empat puluh (40) tahun dan menjabat sebagai nabi dan rasul selama dua puluh tiga (23) tahun.
Hal ini tertera dalam hadits Anas, di dalamnya disebutkan: [أنزل عليه وهو ابن أربعين] “Wahyu turun kepada beliau saat berusia empat puluh (40) tahun” [Hadits riwayat Al-Bukhary (6/564-Fath)]
Jika Rasulullah wafat pada usia 63 tahun dan sebagaimana dalam hadits Anas beliau diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun maka sudah dipastikan bahwa masa kenabian beliau adalah selama 23 tahun. Dalam Shahih Al-Bukhaari disebutkan hadits Anas, ia berkata: [أنزل عليه القرآن وهو ابن أربعين فلبث في مكة عشر سنين ينـزل عليه القرآن وبالمدينة عشر سنين] “Al-Qur’an turun saat beliau berusia 40 tahun Beliau tinggal di Makkah selama 10 tahun sementara Al-Qur’an terus turun dan di Madinah selama 10 tahun.” [Hadits riwayat Al-Bukhary (6/564-Fath)]
Yang tampak dari hadits ini bahwa masa kenabian beliau adalah 20 tahun. Tetapi yang benar adalah masa kenabian beliau adalah 23 tahun, berdasarkan riwayat dari ‘Aisyah bahwa beliau wafat pada usia 63 tahun. Begitu juga dari Anas dalam kitab Shahihain bahwa Rasulullah wafat pada usia 63 tahun. Atau mungkin perkataan “di Madinah selama 10 tahun” dimasukkan dalam bab penghapusan bilangan pecahan. Bagaimanapun adanya, perkara yang telah disepakati lebih didahulukan daripada perkara yang masih diperselisihkan. [Lihat Fathul Bary (6/570),(8/150,151)]
Perkataan penulis :
Beliau diangkat menjadi nabi dengan diturunkannya wahyu yang berbunyi Iqra’ dan diangkat menjadi rasul dengan diturunkannya Al-Muddatstsir.
Ini adalah perkara yang ketiga dari mengenal Nabi. Makna [نبئ] Nubbi-a ialah [خُبِّر] khubbira (diberi kabar/wahyu), karena kenabian berasal dari [النبأ] an-naba’ artinya [الخبر] khabar.
Perkataannya: “dan diangkat menjadi rasul dengan diturunkannya surat Al-Muddatstsir“, yakni diutus, karena makna [الإرسال] Al-irsaal adalah pengutusan dan pengarahan. Perkataannya: “dengan wahyu yang berbunyi: iqra’ (bacalah)” yaitu firman Allah: [اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ] yang turun kepada beliau pada hari Senin Bulan Ramadhan di gua Hira’. [AI-Bidayah Wan-Nihayah (3/6)] .
Perkataannya: “dan diangkat menjadi rasul dengan diturunkannya al-muddatstsir” yakni yang tertera pada awal surat.
Perkataan penulis: “beliau diangkat menjadi nabi dengan diturunkannya wahyu yang berbunyi Iqra’ dan diangkat menjadi rasul dengan diturunkannya Al-Muddatstsir”menunjukkan adanya perbedaan antara nabi dan rasul. Ini adalah pendapat yang dapat dipegang bahwa nabi bukan rasul dan rasul bukan nabi sebagaimana yang telah disinggung. Di antara dalilnya adalah firman Allah
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu.” [Al-Hajj : 52]
Penggunaan athaf (dan) menunjukkan adanya perbedaan. Begitu juga masuknya [لا] pada kata [ولا نبي] menunjukkan bahwa nabi bukanlah rasul.
Perkataan penulis:
Negeri beliau adalah Makkah.
Yakni beliau lahir dan besar di sana kecuali disaat beliau disusui oleh Halimah Binti Abi Dzuaib As-Sa’diyah di lembah Bani Sa’ad. Kemudian beliau kembali diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib kemudian pamannya Abu Thalib, karena ibunya Aminah Binti Wahb meninggal dunia saat beliau masih berusia enam tahun. Setelah beliau mendapat wahyu, beliau tinggal di Makkah selama sepuluh tahun.
Perkataan penulis:
Kemudian hijrah ke Kota Madinah.
Akan datang pembahasan mengenai hijrah insya Allah Al-Madinah (yang secara bahasa bermakna kota-ed) kebanyakan digunakan sebagai nama kota Rasulullah *, bukan untuk kota lain. Seperti kata an-najm untuk bintang Kartika, juga seperti sebutan Ibnu Abbas untuk Abdullah bin Abbas, tidak untuk sebutan saudara-saudaranya yang juga merupakan anak-anak Abbas.
Abu Musa meriwayatkan dari Rasulullah , beliau bersabda:
“رأيت في المنام أني أهاجر من مكة إلى أرض بها نخل فذهب وَهَلي إلى أنها اليمامة أو هجر فإذا هي المدينة يثرب
“Dalam mimpi aku melihat bahwa aku hijrah dari Makkah ke tempat yang banyak pohon kurmanya, aku mengira bahwa tempat tersebut adalah Yamamah atau Hajar, ternyata tempat itu adalah Madinah Yatsrib. “ [Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhary (6/627),(7/226-Fath), Muslim (no 272). artinya aku mengira. Sabda beliau “ternyata tempat tersebut adalah Madinah yakni sebelum Nabi memberinya nama Thayyibah.]
Zhahirnya, beliau hijrah dari Makkah ke Madinah bertujuan untuk menghindari intimidasi dari orang-orang musyrik, menyelamatkan agama setia mencari tempat untuk perkembangan dakwah agar dapat menghasilkan, memperkuat dan memperkokoh posisi dakwah tersebut. Hal ini ditempuh setelah orang-orang Anshar mengikuti beliau dan berjanji untuk setia menolong dan membela Rasulullah.
Tatkala orang-orang Quraisy melihat Rasulullah mempunyai kelompok dan pengikut, baik dari kalangan mereka maupun dari luar daerah serta melihat para sahabat beliau berhijrah meninggalkan mereka, muncullah perasaan khawatir melihat perkembangan dakwah beliau dan juga khawatir mereka akan diserang. Maka merekapun bermusyawarah dan bersepakat membunuh beliau.
Rasulullah berhijrah -di bawah lindungan dan pengawasan Allah- bersama Abu Bakar, kemudian bersembunyi dalam gua Tsuur di sebuah gunung yang terletak di luar Kota Makkah. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai ke kota Madinah yang disambut oleh orang-orang Anshar dengan perasaan riang gembira. Kisah ini sudah tercantum dalam buku-buku sejarah.
Sumber : Syarah 3 Landasan Utama karya Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, At-Tibyan Solo.