Monday, August 8, 2016

Eksistensi Jin

KEBERADAAN JIN

Jin termasuk perkara ghaib yang wajib kita imani keberadaannya, karena dalil-dalil Al Qur`an dan As Sunnah telah menjelaskannya. Ini termasuk di antara asas akidah Islam, yaitu beriman kepada perkara ghaib. Bahwa beriman kepada yang ghaib merupakan salah satu sifat orang-orang yang bertakwa, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

الــم {1} ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ {2} الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ {3}

“Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka”. [Al Baqarah : 1-3].

Perkara ghaib, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Mas‘ud, ialah seluruh perkara yang ghaib yang telah diberitakan Allah dan RasulNya kepada kita. Begitu pula dengan keberadaan jin, bahwa Allah dan RasulNya telah mengabarkan melalui Al Qur`an ataupun hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

1). Dari Al Qur`an, di antaranya:

وَإِذْ صَرَفْنَآ إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْءَانَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur`an”. [Al Ahqaf : 29].

يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَذَا

“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini”. [Al An‘am : 130]

قُلْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا

“Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur`an), lalu mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur`an yang menakjubkan’” [Al Jin : 1].

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”.[Al Jin : 6]

2). Dari As Sunnah, di antaranya :
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Pada suatu malam, kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu kami kehilangan dirinya. Maka kami pun mencari-cari Beliau di lembah-lembah dan di jalan-jalan di gunung (namun tidak menemukan Beliau), sehingga kami berkata,’Beliau dibawa terbang jin, atau Beliau telah dibunuh secara rahasia’. Maka kami melewati malam itu sebagai sejelek-jelek malam yang dialami suatu kaum. Tatkala datang pagi, tiba-tiba Beliau muncul dari arah gua Hira’. Maka kami berkata,’Wahai, Rasulullah! (Semalam) kami kehilangan dirimu, lalu kami mencari-carimu, tetapi tidak menemukanmu, maka kami melewati malam itu sebagai sejelek-jelek malam yang dialami suatu kaum’. Beliau berkata,‘Seorang utusan jin mendatangiku, maka aku pun pergi bersamanya (mendatangi para jin), lalu aku membacakan Al Qur`an kepada mereka’.” Ibnu Mas‘ud berkata,”Lalu Beliau mengajak kami dan memperlihatkan kepada kami bekas mereka (jin) dan bekas api mereka.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Tidak ada satupun dari segolongan kaum muslimin yang berpendapat lain dalam masalah eksistensi jin, dan tidak pula dalam masalah bahwa Allah telah mengutus Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada mereka. Mayoritas kaum kafir juga telah mengakui eksistensi mereka. Adapun ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, mereka menetapkan keberadaan jin sebagaimana kaum muslimin menetapkannya, meskipun di antara mereka ada yang mengingkarinya, sebagaimana di antara kaum muslimin (juga) ada yang mengingkarinya … seperti Jahmiyah dan Mu‘tazilah. Namun sebagaian besar golongan dan para imam mereka menetapkannya. Hal itu, karena keberadaan jin telah mutawatir disebutkan dalam berita-berita para nabi dengan sifat mutawatir yang dimaklumi secara dharuri. Dan telah dimaklumi secara dharuri, bahwa mereka (para jin) hidup dan berakal, melakukan perbuatan dengan kehendak mereka, dan bahkan mereka (juga) diperintah dan dilarang. Mereka bukanlah sifat-sifat atau gejala-gejala yang menimpa pada manusia atau selainnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh para mulhid (atheis). Karena masalah jin ini telah mutawir beritanya dari para nabi dengan sifat mutawatir yang telah dikenal oleh orang awam maupun khas, maka tidak mungkin satu pun golongan yang menisbatkan diri kepada para rasul yang mulia untuk mengingkari keberadaan jin”. [Majmu‘ Fatawa, XIX:13].

ALAM JIN ADALAH ALAM YANG TERSENDIRI

Alam jin merupakan alam tersendiri, yang bukan alam manusia dan bukan pula alam malaikat. Dari bentuk fisiknya, pandangan mata manusia tak mampu melihatnya. Itulah sebabnya mereka dinamakan jin, dikarenakan ketertutupan (ijtinan) fisiknya dari pandangan mata manusia. Di dalam Al Qur`an, Allah berfirman, yang artinya : …… Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka…… . [Al A‘raf : 27].

Meski antara manusia dan jin berbeda alam, tetapi antara jin dan manusia terdapat titik persamaan, yaitu memiliki sifat berakal dan berpikir, mempunyai kemampuan yang sama untuk memilih jalan yang baik dan jalan yang buruk. Meski terdapat sifat yang sama, tetapi dalam banyak hal, jin juga memiliki perbedaan dengan manusia. Dan yang terpenting ialah dalam masalah asal penciptaannya.

Allah Azza wa Jalla mengabarkan, jin diciptakan dari api, yang artinya : Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. [Al Hijr : 27]

وَخَلَقَ الْجَآنَّ مِن ماَّرِجٍ مِّن نَّارٍ

“Dia menciptakan jin dari nyala api”. [Ar Rahman : 15]

Ibnu Katsir menyebutkan, bahwa Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, dan Al Hasan Al Bashri serta yang lainnya menafsirkan kalimat “min marij min nar” dalam ayat di atas sebagai “bagian ujung dari lidah api”. Dalam riwayat lain disebutkan “dari bagian inti api”.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

“Malaikat diciptakan dari cahaya, Jan (nenek moyang jin) diciptakan dari nyala api, dan Adam (nenek moyang manusia) diciptakan dari apa yang telah disebutkan (dalam Al Qur`an) kepada kalian”.

KEMAMPUAN-KEMAMPUAN YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA JIN

Allah telah memberikan kepada jin kemampuan-kemampuan yang tidak diberikan kepada manusia. Sebagian kemampuan tersebut di antaranya ialah:

a). Mampu bergerak dan berpindah dengan sangat cepat.
‘Ifrit dari golongan jin pernah berjanji kepada Nabi Sulaiman Alaihissallam untuk menghadirkan singgasana Ratu Saba di Yaman ke Baitul Maqdis hanya dalam waktu seseorang berdiri dari duduknya; sebelum mata berkedip. Dalam Al Qur`an Allah berfirman, yang artinya : Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata: “Ini termasuk karunia Rabb-ku…… ”. [An Naml : 39-40].

b). Mendahului manusia dalam mencapai ruang angkasa.
Sudah sejak lama jin mampu naik ke tempat-tempat di langit dunia, lalu di sana mereka mencuri dengar berita-berita langit untuk mengetahui peristiwa sebelum terjadinya. Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, maka langit diperketat penjagaannya. Allah berfirman, yang artinya : Dan sesungguhnya kami (para jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu), tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). [Al Jin:8-9].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan cara mereka mencuri dengar berita-berita langit.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepak-ngepakkan sayap-sayapnya karena patuh kepada firmanNya, seolah-olah firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu, sehingga memekakkan mereka. Tatkala hati mereka telah hilang dari rasa takut, mereka bertanya,’Apa yang baru saja difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab,’(Perkataan) yang benar, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar’. Ketika itulah, (jin-jin) pencuri berita (wahyu) itu mendengarnya. Keadaan mereka seperti ini. Sebagian mereka bertumpu di atas sebagian yang lain -Sufyan bin Uyainah (salah seorang perawi hadits ini) menggambarkannya dengan telapak tangannya, ia merenggangkannya dan membuka jari-jemarinya-. Maka ketika (jin-jin) pencuri berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, mereka lalu menyampaikannya kepada yang ada di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi, kadangkala para pencuri berita itu terkena syihab (panah-panah api) sebelum sempat menyampaikan berita yang disadapnya itu. Dan kadangkala mereka sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab. Lalu dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal berkata),’Bukankah dia telah memberitahukan kepada kita, bahwa pada hari anu akan terjadi peristiwa anu (dan itu benar-benar terjadi)?’ Sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari langit”.

c). Pengetahuan jin tentang teknologi.
Allah mengabarkan bahwa Dia telah menundukkan bangsa jin untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam. Bangsa jin banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk beliau yang menuntut kemampuan, kepandaian dan kemahiran atau keahlian. Allah berfirman, yang artinya : Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaanya) dengan izin Rabb-nya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami membuatnya merasakan azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung, dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). [Saba` : 12-13].

Ibnu Taimiyah menyebutkan, ada seorang syaikh, yang dahulu mempunyai hubungan dengan jin telah menyampaikan kepada beliau, bahwa bangsa jin telah memperlihatkan kepadanya suatu benda yang bercahaya seperti air dan pelita. Mereka menampakkan kepadanya di dalam benda itu berita-berita yang dia inginkan, lalu dia menyampaikannya kepada orang-orang. Mereka (jin) juga menyampaikan kepadanya perkataan sahabat-sahabatnya yang meminta tolong kepadanya, lalu dia menjawabnya, dan para jin itu menyampaikan jawabannya itu kepada para sahabatnya tersebut. [Majmu ‘ Fatawa XI:309].

d). Kemampuan untuk beralih rupa atau bentuk.
Jin memiliki kemampuan beralih rupa atau bentuk, ke bentuk manusia dan hewan. Mereka pernah mendatangi kaum musyrikin dalam wujud Suraqah bin Malik untuk menjanjikan kemenangan bagi mereka. Demikian pula, sejumlah sahabat, di antaranya Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, pernah didatangi mereka dalam wujud orang tua yang ingin mencuri zakat yang sedang dijaganya. Mereka dapat beralih rupa menjadi unta, keledai, sapi, anjing atau kucing. Seringnya mereka berubah bentuk menjadi anjing hitam dan kucing. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, bahwa lewatnya anjing hitam di depan orang yang shalat memutuskan shalat orang itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan sebabnya :

الْكَلْبُ الأَسْوَدُ شَيْطَانٌ

“Karena anjing hitam itu setan”.

Jin sering berubah menjadi hewan, lalu menampakkan diri kepada manusia. Karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh ular yang muncul di dalam rumah, sebab dikhawatirkan itu merupakan jelmaan jin yang telah masuk Islam. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Sa ‘id Al Khudri, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ

“Sesungguhnya di Madinah ini ada segolongan jin yang telah masuk Islam. Jika kalian melihat satu dari mereka, maka mintalah kepada mereka untuk keluar (dalam jangka waktu) tiga hari. Jika ia tetap menampakkan diri kepada kalian setelah itu, maka bunuhlah ia, karena sesungguhnya dia itu setan”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengecualikan untuk ular tertentu. Dari Abu Lubabah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ تَقْتُلُوا الْجِنَّانَ إِلاَّ كُلَّ أَبْتَرَ ذِي طُفْيَتَيْنِ فَإِنَّهُ يُسْقِطُ الْوَلَدَ وَيُذْهِبُ الْبَصَرَ فَاقْتُلُوهُ

“Janganlah kalian (langsung) membunuh ular (di dalam rumah), kecuali setiap ular yang terpotong (pendek) ekornya dan memiliki dua garis di punggungnya, karena ular jenis ini dapat menggugurkan kandungan dan membutakan mata. Maka bunuhlah ia”.

e). Setan mengalir dalam tubuh Bani Adam sebagaimana mengalirnya darah di urat nadi.
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, dari Anas, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ

“Sesungguhnya setan mengalir dalam tubuh manusia sebagaimana mengalirnya darah”.

KELEMAHAN DAN KETIDAKMAMPUAN JIN

Sebagaimana halnya manusia, jin juga memiliki kekuatan dan kelemahan. Sebagian di antara kelemahan jin yang disebutkan Allah dan RasulNya ialah :

a). Jin tidak memiliki kemampuan untuk menundukkan hamba-hamba Allah yang shalih.
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan kemampuan kepada setan untuk menguasai manusia dan memaksakan kepada mereka kesesatan dan kekafiran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya : Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu (setan) tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Rabb-mu sebagai Penjaga. [Al Isra` : 65].

وَمَاكَانَ لَهُ عَلَيْهِم مِّن سُلْطَانٍ إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَن يُؤْمِنُ بِاْلأَخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ …
“Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu”. [Saba` : 21].

Artinya, setan tidak mempunyai jalan untuk menguasai manusia, baik dari sisi hujjah maupun dari sisi kemampuan. Kenyataan ini telah diakui sendiri oleh setan.

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي اْلأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

“Iblis berkata: “Ya, Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka (manusia) memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”. [Al Hijr : 39-40].

Adapun yang mampu mereka kuasai hanyalah hamba-hamba yang rela dengan pemikiran setan, mengikutinya dengan penuh kerelaan dan ketaatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya : Sesungguhnya hamba-hambaKu tidak ada kekuasaan bagimu (setan) terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. [Al Hijr : 42].

أَلَمْ تَرَ أَنَّآ أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا

“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka membuat maksiat dengan sungguh-sungguh”. [Maryam : 83].

b). Setan takut dan lari dari sebagian hamba Allah.
Jika Islam telah tertancap kuat pada seorang hamba, iman telah tegak di dalam hatinya, dan dia senantiasa menjaga batasan-batasan yang telah digariskan Allah, maka setan akan menjauh dan lari darinya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin Al Khaththab: “Sesungguhnya setan takut kepadamu, wahai Umar”. [HR At Tirmidzi, no. 2913].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda tentang Umar: “Sesungguhnya aku telah benar-benar melihat bahwa setan dari kalangan jin dan manusia benar-benar lari dari Umar”. [HR At Tirmidzi, no. 2914].

c). Jin ditundukkan untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam.
Allah telah menundukkan sebagian golongan jin dan setan untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya : Kemudian kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dia kehendaki, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang lain yang terikat dalam belenggu. [Shad : 36-38].

Semua itu sebagai wujud dikabulkannya doa Nabi Sulaiman :

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لاَّيَنبَغِي لأَحَدٍ مِّن بَعْدِي …
“Ia berkata: “Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku”. [Shad : 35].

d). Jin tidak mampu menciptakan mukjizat.
Jin tidak mampu berbuat sesuatu yang setara dengan mukjizat yang dibawa oleh para rasul untuk menunjukkan kebenaran risalah yang mereka bawa. Tatkala sebagian orang-orang kafir menilai bahwa Al Qur’an merupakan buatan setan, maka Allah berfirman, yang artinya : Dan Al Qur`an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Qur`an itu, dan mereka pun tidak akan mampu. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al Qur`an itu. [Asy Syuara’ : 210-212].

e). Jin tidak bisa menyerupai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi seseorang.
Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda :

مَنْ رَآنِي فيِي المْمَنَامِ فَقَدْ رآنِي ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلَ بِي

“Barangsiapa melihatku dalam mimpinya, maka sungguh dia telah melihatku (bukan setan yang menyerupaiku), karena sesungguhnya setan tidak mampu menyerupai diriku”.

Zhahir dari hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna menunjukkan, bahwa setan tidak mampu meniru bentuk dan rupa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun tidak berarti ia tidak mampu meniru bentuk dan rupa orang selain Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengaku sebagai Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, seseorang yang bermimpi melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak boleh memastikan bahwa dia benar-benar telah bermimpi melihat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdalil dengan hadits-hadits tersebut, kecuali orang yang dilihatnya dalam mimpi itu memiliki ciri-ciri yang sama dengan ciri-ciri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan dalam kitab-kitab hadits.

f). Jin tidak mampu menembus batasan-batasan tertentu di ruang angkasa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya : Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya). [Ar Rahman : 34-35].

g). Jin tidak mampu membuka pintu yang ditutup dengan membaca bismillah.
Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا

“Jika gelapnya malam telah merayap datang atau waktu senja telah datang, maka tahanlah anak-anak kecil kalian, karena para setan mulai menyebar pada waktu itu. Dan jika telah berlalu satu waktu dari malam, maka lepaskanlah mereka. Dan tutuplah pintu-pintu dengan menyebut nama Allah, karena setan tidak mampu membuka pintu yang ditutup”.

Demikian penjelasan singkat tentang jin, yang keberadaannya harus kita imani sebagai makhluk ghaib yang diciptakan Allah Azza wa Jalla. Sebagai makhluk, maka setiap perbuatan yang dilakukan oleh jin, pasti sepengetahuan dan atas izin Allah Azza wa Jalla .

Maraji’:
‘Alam Al Jin Wa Asy Syayathin, oleh Syaikh Al Asyqar.

Oleh Ustadz Abu Nida`Chomsaha Sofwan

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04//Tahun IX/1426H/2005M.]