ومن كَذَّبَ بالبعثِ كَفَر. والدليل قوله تعالى : زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن لَّن يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌBarangsiapa mendustakan hari kebangkitan maka sungguh dia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah: Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. [At-Taghaabun : 7]
Perkataan penulis:
Dan barangsiapa mendustakan hari berbangkit maka ia telah kafir.
Yakni karena telah mendustai Allah dan Rasul-Nya, sebab banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menetapkan tentang hari tersebut. Siapa saja yang mendustakan hari berbangkit berarti ia telah mendustakan Al-Qur’an dan barang siapa yang mendustakan Al-Qur’an berarti mendustakan Allah Ta’ala dan siapa yang mendustakan Allah berarti telah kafir dan telah mendustakan Rasulullah. Karena nash tersebut diriwayatkan dari Rasulullah yang menjelaskan tentang terjadinya hari Kiamat. Orang yang mendustakannya berarti juga telah menyelisihi kesepakatan kaum muslimin.
Perkataan penulis:
dan dalilnya adalah firman Allah Ta’ala: “Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” [At-Taghaabun: 7]
Yakni, ayat ini menjadi dalil bahwa pendustaan terhadap hari berbangkit adalah kufur.
Firman-Nya [زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا] sisi pengambilan dalilnya adalah Allah Ta’ala mengkafirkan mereka karena pendustaan mereka terhadap hari berbangkit dan menyebut ucapan mereka itu dengan za’ama (mengklaim). Dengan demikian, barangsiapa mengingkari hari berbangkit maka ia telah kafir. Mereka mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan, sebab mereka mengatakan bahwa kebangkitan itu tidak mungkin terjadi, sebagaimana Firman Allah Ta’ala yang menyebutkan ucapan mereka:
وَقَالُوا أَئِذَا ضَلَلْنَا فِي الْأَرْضِ أَئِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ بَلْ
Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?” [As-Sajdah : 10]
Makna [ضَلَلْنَا فِي الْأَرْضِ] ialah telah hancur tubuh dan tulang kami serta telah berbaur dan menyatu dengan tanah.
Mereka menyangka bahwa Allah Ta’ala tidak kuasa untuk membangkitkan mereka setelah kondisi mereka seperti itu, sebagaimana Firman Allah ‘Ng yang menyebutkan perkataan orang kafir Quraisy:
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلاً وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” [Yaasiin : 78]
Mereka datang kepada Nabi dengan membawa tulang lalu menghancurkannya di hadapan beliau kemudian menghembuskannya. Seraya berkata: “Ya Muhammad apakah kamu mengira bahwa Allah akan menghidupkan kembali tulang ini setelah kondisinya seperti yang kamu lihat? (yakni sudah luluh menjadi tanah). Jawab beliau: “Benar, kemudian memasukkan kamu ke dalam neraka” [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (6/579)]
Beginilah syubhat orang-orang kafir. Mereka mengatakan bahwa Allah Ta’ala tak mungkin dapat menghidupkannya dan mengembalikannya seperti sedia kala setelah kondisinya hancur luluh seperti itu. Banyak disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’anul Karim tentang hari berbangkit dengan berbagai cara untuk menyakinkan adanya hari tersebut.
Dalam Al-Qur’an juga terdapat dalil ‘aqli yang menunjukkan akan terjadinya hari tersebut. Kesimpulannya, dalil yang menunjukkan adanya hari tersebut adalah sebagai berikut:
Dalil pertama: Berita dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal tentang akan terjadinya hari tersebut. Dan tidak diragukan lagi bahwa hari Kiamat akan datang dan Allah akan membangkitkan orang-orang yang ada di dalam kubur. Berita seperti ini terdapat dalam Al-Qur’anul Karim dengan uslub (cara) yang berbeda-beda, gunanya agar dapat lebih mempengaruhi jiwa dan lebih besar kemungkinan untuk diterima.
Dalil kedua: Yang mampu menciptakan makhluk pertama kali tentunya juga mampu untuk menciptakan makhluk untuk yang kedua kalinya. Sebagaimana firman Allah
وَيَقُولُ الْإِنسَانُ أَئِذَا مَا مِتُّ لَسَوْفَ أُخْرَجُ حَيّاً # أَوَلَا يَذْكُرُ الْإِنسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ وَلَمْ يَكُ شَيْئاً
Dan berkata manusia: “Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?” Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali? [Maryam : 66-67]
Sudah dimaklumi bersama dan sudah tergambar oleh setiap manusia bahwa mengembalikan sesuatu lebih mudah dari pada menciptakannya. Jika kamu tahu bahwa Allah yang telah menciptakanmu pertama kali, lalu mengapa kamu mengingkari kebangkitan? Bukankah menurut akal logikamu mengembalikan itu lebih mudah? Dan sama saja bagi Allah antara menciptakan dan mengembalikanya seperti semula. Allah Ta’ala menyebutkan hal ini dalam Firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ وَلَهُ الْمَثَلُ الْأَعْلَى فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Ar-Ruum : 27]
Yakni menurutmu yang demildan itu lebih mudah lantas mengapa kamu mengingkarinya? Kesimpulannya adalah yang mampu menciptakan makhluk pertama kali tentunya juga mampu menciptakan makhluk untuk yang kedua kali.
Dalil ketiga: Yang mampu menciptakan makhluk yang besar tentunya mampu juga menciptakan makhluk yang lebih kecil. Allah berfirman:
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُم بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ
Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. [Yaasiin : 81]
Dalil keempat: Allah Maha Kuasa untuk merubah makhluk dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Dia adalah Yang mematikan, menghidupkan, menciptakan dan menghancurkan. Bumi ini yang tadinya gersang tak satupun tumbuhan yang hidup, lantas Allah menurunkan hujan lalu mengubahnya menjadi hijau dan subur. Allah Ta’ala berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاء اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Fushshilat : 39]
Dan firman-Nya:
وَاللَّهُ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَاباً فَسُقْنَاهُ إِلَى بَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا كَذَلِكَ النُّشُورُ
Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. [Faathir : 9]
Anda mendapatkan bahwa Al-Qur’an mengisyaratkan makna seperti ini dalam banyak ayat bahwa Dia Maha Kuasa mengubah satu kondisi kepada kondisi yang lain dan mampu membangkitkan manusia.
Dalam ayat yang disebutkan oleh Penulis, yakni firman Allah
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن لَّن يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. [At-Taghaabun : 7]
Menunjukkan adanya hari berbangkit. Dan dalil hisab dalam Firman Allah Ta’ala: [ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ] maknanya bahwa membangkitkan makhluk dari kuburnya kemudian menghisabnya adalah perkara yang sangat mudah bagi Allah.
Ayat ini adalah satu dari tiga ayat yang berisi perintah kepada Nabi-Nya untuk bersumpah kepada orang-orang musyrik bahwa hari berbangkit pasti terjadi.
Tidak ada penegasan yang lebih kuat melebihi sumpah Nabi atas nama Rabbnya. Ayat yang kedua yaitu pada surat Yunus:
وَيَسْتَنبِئُونَكَ أَحَقٌّ هُوَ قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ وَمَا أَنتُمْ بِمُعْجِزِينَ
Dan mereka menanyakan kepadamu: “Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah: “Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya)”. [Yunus : 53]
Ayat ketiga yaitu pada surat Saba’:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَالِمِ الْغَيْبِ
Dan orang-orang yang kafir berkata: “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami”. Katakanlah: “Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib” [Saba’ : 3]
Sumber : Syarah 3 Landasan Utama karya Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, At-Tibyan Solo.