Tuesday, November 20, 2018

Kitab Tauhid 45

Bab : Orang Yang tidak Rela Terhadap Sumpah Yang Menggunakan Nama Allah
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ، مَنْ حَلَفَ بِاللَّهِ فَلْيَصْدُقْ، وَمَنْ حُلِفَ لَهُ بِاللَّهِ فَلْيَرْضَ، وَمَنْ لَمْ يَرْضَ بِاللَّهِ، فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ»
“Janganlah kalian bersumpah dengan nama ayah kalian! Barang siapa yang bersumpah dengan nama Allah, maka hendaknya ia jujur. Barang siapa yang diberi sumpah dengan nama Allah, maka hendaklah ia rela (menerimanya), barang siapa yang tidak rela menerima sumpah tersebut, maka lepaslah ia dari Allah.” (Hr. Ibnu Majah dengan sanad yang hasan)
**********
Penjelasan:
Hadits di atas disebutkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya no. 2101 dan dishahihkan oleh Al Albani.
Kaitan ‘tidak rela disumpah dengan nama Allah’ dengan pembahasan tauhid adalah karena yang demikian dapat menafikan kesempurnaan tauhid, dimana hal itu menunjukkan sedikitnya pengagungan dirinya kepada Allah Azza wa Jalla.
Dalam hadits di atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang bersumpah dengan nama ayah, karena bersumpah merupakan bentuk pengagungan terhadap sesuatu yang dipakai bersumpah, sedangkan yang berhak diagungkan dan dibesarkan adalah Allah Azza wa Jalla. Dalam hadits tersebut juga, Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar mereka yang bersumpah dengan nama Allah isi sumpahnya benar, dan Beliau memerintahkan agar siapa saja yang diberi sumpah dengan nama Allah hendaknya rela terhadap sumpah itu, karena yang demikian termasuk mengagungkan Allah Azza wa Jalla.  Selanjutnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan ancaman bagi orang yang tidak ridha diberi sumpah dengan nama Allah, bahwa Allah berlepas diri dari orang itu.
Kesimpulan:
1.      Ancaman keras bagi mereka yang tidak ridha diberi sumpah dengan nama Allah Azza wa Jalla.
2.      Wajibnya jujur dalam bersumpah.
3.      Haramnya dusta dalam bersumpah.
4.      Bersangka baik kepada seorang muslim selama tidak tampak keadaan yang berbeda.
5.      Larangan bersumpah dengan nama nenek moyang.
6.      Membenarkan orang yang bersumpah dengan nama Allah jika ia termasuk orang beriman.
**********
Bab : Ucapan Seseorang ‘Atas Kehendak Allah dan Kehendakmu’
عَنْ قُتَيْلَةَ: أَنَّ يَهُودِيًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّكُمْ تُشْرِكُونَ تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ، وَتَقُولُونَ: وَالْكَعْبَةِ، " فَأَمَرَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادُوا أَنْ يَحْلِفُوا أَنْ يَقُولُوا: وَرَبِّ الْكَعْبَةِ، وَيَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ شِئْتَ "
Dari Qutailah, bahwa seorang Yahudi datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Kalian telah berbuat syirik, kalian mengucapkan, “Atas kehendak Allah dan kehendakmu,” juga mengucapkan, “Demi Ka’bah.” Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat ketika bersumpah mengucapkan, “Demi Tuhan pemilik Ka’bah,” serta agar mereka mengucapkan, “Atas kehendak Allah kemudiankehendakmu.” (Hr. Nasa’i, dan ia menshahihkannya)
**********
Penjelasan:
Hadits di atas diriwayatkan oleh Nasa’i no. 3773, Ahmad 6/371-372, Baihaqi 3/216, Hakim 4/297 dan ia menshahihkannya, serta disepakati oleh Adz Dzahabi, dan dishahihkan pula oleh Al Albani.
Qutailah binti Shaifi Al Juhanniyah adalah salah seorang sahabat dari kalangan wanita.
Menyatakan ‘atas kehendak Allah dan kehendakmu’ termasuk mengadakan tandingan bagi Allah Ta’ala yang diharamkan dan masuk ke dalam syirik asghar (kecil). Demikian pula bersumpah atas nama selain Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyuruh mengganti kalimat itu dengan perkataan ‘atas kehendak Allah kemudian kehendakmu’ yang tidak memberikan kesan kesamaan, karena kata ‘kemudian’ menunjukkan bahwa kehendaknya mengikuti kehendak Allah Ta’ala. Beliau juga menyuruh agar bersumpah dengan nama Allah saja.
Dalam hadits tersebut orang Yahudi menyampaikan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa sebagian kaum muslim juga jatuh ke dalam syirik asghar, yaitu ketika mengucapkan kalimat-kalimat yang disebutkan di atas, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengakuinya lalu mengarahkan kaum muslim agar mengganti ucapan tersebut dengan ucapan yang jauh dari syirik.
Kesimpulan:
1. Ucapan ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu,” serta bersumpah atas nama selain Allah Ta’ala adalah kemusyrikan.
2. Sebagian orang Yahudi mengetahui hakikat syirik.
3. Menerima kebenaran dari orang yang membawanya meskipun dari musuh.
4. Syirik kecil tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam. 
5. Menjauhi lafaz-lafaz yang merusak akidah dan menggantinya dengan lafaz-lafaz yang jauh dari syirik.
6. Seorang yang berilmu ketika melarang sesuatu, memberikan solusi gantinya yang lebih baik daripada sebelumnya.
7. Larangan syirik berlaku umum dan menggunakan lafaz apa saja, baik menggunakan lafaz ‘ka’bah’ yang merupakan rumah Allah di bumi maupun menggunakan nama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apalagi nama selainnya.
**********
Nasa’i juga menyebutkan dari Ibnu Abbas, bahwa ada seorang yang berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ maka Beliau bersabda, 
أَجَعَلْتَنِي ِللهِ نِدّاً؟ بَلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ
“Apakah engkau hendak menjadikanku sebagai tandingan bagi Allah? Bahkan (ucapkan) atas kehendak Allah saja.”
**********
Hadits di atas disebutkan oleh Nasa’i dalam Amalul Yaumi wal Lailah no. 988 dan Ahmad dalam Al Musnad 1/214. Imam Bukhari menyebutkannya dalam Al Adabul Mufrad 1/292 dan dishahihkan oleh Al Albani.
Mengucapkan ‘atas kehendak Allah dan kehendakmu’ termasuk mengadakan tandingan bagi Allah Ta’ala, padahal Dia berfirman,
فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Maka janganlah kalian mengadakan tandingan bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (Qs. Al Baqarah: 22)
Kesimpulan:
1.      Larangan mengucapkan ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu’ dan semisalnya karena di dalamnya menyamakan kehendak hamba dengan kehendak Allah Ta’ala.
2.      Menyamakan hamba dengan Allah Ta’ala meskipun dalam syirik kecil, sama saja mengadakan tandingan bagi Allah Ta’ala.
3.      Disyariatkan melakukan nahi munkar.
4.      Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menutup celah dan sarana yang bisa mengantarkan kepada syirik.
5.      Larangan mengucapkan kalimat yang terkesan menyamakan hamba dengan Allah Ta’ala seperti ‘hanya Allah dan kamu saja harapanku’, ‘aku dalam lindungan Allah dan kamu’, ‘Dengan nama Allah dan nama fulan’, dan ‘kalau bukan karena Allah dan kamu, tentu…dst.’
**********
Dalam riwayat Ibnu Majah dari Ath Thufail saudara seibu Aisyah, ia berkata, “Aku bermimpi seolah-olah mendatangi sekelompok orang Yahudi, lalu aku berkata kepada mereka, “Kalian adalah sebaik-baik kaum kalau kalian tidak mengatakan ‘Uzair anak Allah,” mereka balik menjawab, “Kalian juga sebagai sebaik-baik kaum kalau kalian tidak mengatakan, “Atas kehendak Allah dan kehendak Muhammad.” Lalu aku melewati sekelompok orang-orang Nasrani dan berkata,  “Kalian adalah sebaik-baik kaum kalau kalian tidak mengatakan “Al Masih putera Allah,” mereka balik menjawab, “Kalian juga sebagai sebaik-baik kaum kalau kalian tidak mengatakan, “Atas kehendak Allah dan kehendak Muhammad.” Ketika tiba pagi hari aku menyampaikan mimpi itu kepada kawan-kawanku dan menyampaikan juga kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda, “Apakah engkau telah menyampaikan kepada yang lain?” Aku menjawab, “Ya.” Maka Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bersabda, 
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ طُفَيْلاً رَأَى رُؤْياً أَخْبَرَ بِهَا مَنْ أَخْبَرَ مِنْكُمْ، وَإِنَّكُمْ قُلْتُمْ كَلِمَةً كَانَ يَمْنَعُنِي كَذَا وَكَذَا أَنْ أَنْهَاكُمْ عَنْهَا، فَلاَ تَقُوْلُوْا: مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، وَلَكِنْ قُوْلُوْا: مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ
“Amma ba’du, sesungguhnya Thufail telah bermimpi suatu mimpi yang telah disampaikan ke beberapa orang, dan sesungguhnya kalian telah menyampaikan sebuah kalimat yang belum sempat aku sampaikan larangan itu karena kesibukanku oleh ini dan itu. Oleh karena itu, janganlah kalian mengatakan ‘atas kehendak Allah dan kehendak Muhammad’ tetapi katakanlah ‘atas kehendak Allah saja’.
**********
Hadits ini disebutkan oleh Ibnu Majah no. 2118 dan Ahmad 5/393. Hadits ini dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah 1/685.
Thufail bin Abdullah bin Harits bin Sakhbarah Al Azdiy adalah seorang sahabat, dan haditsnya hanya ini saja.
Dalam hadits tersebut, Thufail menyampaikan bahwa dirinya bermimpi menemui dua kelompok Ahli Kitab, lalu ia mengingkari kemusyrikan yang mereka lakukan, yaitu ketika menisbatkan anak bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu mereka membalas pernyataan Thufail itu dengan menyebutkan syirik kecil yang diucapkan oleh sebagian kaum muslim. Saat mimpi itu disampaikan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membenarkannya dan menyampaikan hal itu kepada kaum muslim, melarang mereka mengucapkannya dan menyuruh mereka mengganti dengan ucapan yang jauh dari syirik.
Kesimpulan:
1.      Mimpi di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam bisa menjadi sebab disyariatkan sebagian hukum ketika telah dibenarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang terjadi pada azan.
2.      Ucapan ‘atas kehendak Allah dan kehendak fulan’ adalah syirik asghar (kecil).
3.      Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengetahui syirik asghar padahal mereka melakukan syirik akbar (besar) karena hendak mencela kaum muslim.
4.      Mengawali memuji Allah dan menyanjung-Nya dalam khutbah, serta mengucapkan ‘Amma ba’du”. 
5.      Anjuran membatasi kehendak atas nama Allah Ta’ala meskipun boleh ditambahkan dengan kata ‘kemudian’ sebagai pengganti kata ‘dan’. 

Wallahu a’lam wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa alaa alihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Mulakhkhash fii Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan), Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.