Friday, December 30, 2016

Kitab Tauhid 25

Bab: Penjelasan Bahwa Sebagian Umat Ini Ada Yang Menyembah Berhala
Firman Allah Ta’ala,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (Qs. An Nisa: 51)
**********
Penjelasan:
Setelah penyusun (Syaikh Muhammad At Tamimi) menerangkan tentang tauhid dan hal-hal yang dapat merusak atau mengurangi kesempurnaannya, maka pada bab ini, beliau menerangkan, bahwa perbuatan syirik ini bisa terjadi di tengah umat Islam. Beliau terangkan hal ini untuk membantah para penyembah kubur yang melakukan perbuatan syirik sambil mengatakan, bahwa tidak mungkin terjadi syirik dalam umat ini karena mereka mengucapkan Laailaahaillallah dan Muhammad Rasulullah.
Kata ‘Jibt’ dalam ayat di atas mengandung arti patung, dukun, dan pesihir. Sedangkan ‘Thagut’ artinya setiap yang disikapi secara melampaui batas, tetapi yang dimaksud dalam ayat ini adalah setan.
Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menunjukkan keanehan dan pengingkaran terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mendapat bagian dari Al Kitab yang di dalamnya terdapat penjelasan mana yang hak (benar) dan mana yang batil, namun demikian mereka malah membenarkan kebatilan seperti penyembahan kepada berhala, mendatangi dukun dan sihir, dimana mereka menuruti keinginan setan dalam hal tersebut.
Jika Ahli Kitab sampai ada yang beriman kepada Jibt dan thagut, maka umat yang mendapatkan Al Qur’an ini juga tidak mustahil ada yang beriman dan menyembah Jibt dan Thagut, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan, bahwa di tengah umat ini ada orang-orang yang melakukan seperti perbuatan yang dilakukan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Kesimpulan:
1.    Di tengah umat ini ada yang menyembah berhala sebagaimana yang dilakukan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
2.    Beriman kepada Jibt dan Thagut bisa berupa sikap setuju dengan mereka yang melakukannya.
3.    Kafir kepada Jibt dan Thagut merupakan kewajiban yang termaktub dalam semua kitab samawi.
4.    Wajibnya beramal dengan ilmu, dan bahwa orang yang tidak beramal dengan ilmu terdapat keserupaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
**********
Firman Allah Ta’ala,
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللهِ مَن لَّعَنَهُ اللهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ
Katakanlah, "Maukah aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?" (Qs. Al Ma’idah: 60)
**********
Penjelasan:
Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam agar mengatakan kepada orang-orang yang menjadikan agama ini sebagai senda gurau dan permainan dari kalangan Ahli Kitab, “Maukah aku beritahukan kepada kamu orang yang akan memperoleh balasan yang buruk pada hari Kiamat di sisi Allah?” Yaitu orang yang orang-orang yang dijauhkan dari rahmat Allah serta dimurkai-Nya, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi, dan ada (orang yang) menyembah thaghut?"
Orang-orang Yahudi yang dijadikan kera adalah orang-orang yang melanggar kehormatan hari Sabtu. Sedangkan orang-orang yang dijadikan babi adalah orang-orang kafir tentang hidangan yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘alaihis salam dari kalangan orang-orang Nasrani. Ada pula yang mengatakan, bahwa orang-orang yang dijadikan kera dan babi adalah orang-orang yang melanggar kehormatan hari Sabtu, dimana para pemudanya dijadikan kera, sedangkan orang-orang tuanya dijadikan babi.
Disebutkan ayat di atas dalam bab ini oleh penulis (Syaikh Muhammad At Tamimi) adalah untuk menerangkan, bahwa jika di antara mereka ada yang menyembah thagut, maka di tengah umat ini juga ada yang melakukan hal yang sama.
Kesimpulan:
1.    Bisa terjadinya syirik di tengah-tengah umat ini sebagaimana di tengah-tengah orang-orang Yahudi dan Nasrani ada orang yang menyembah thagut.
2.    Membantah orang-orang yang berada di atas kebatilan dengan menerangkan kesalahan dan cacat mereka saat mereka mencela orang-orang yang berada di atas kebenaran dengan tuduhan dusta.
3.    Balasan disesuaikan dengan amalan yang dilakukan.
4.    Menaati setan merupakan sumber terjadinya kemusyrikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
**********
Firman Allah Ta’ala,
قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًا
“Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, "Sesungguhnyakami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya." (Qs. Al Kahfi: 21)
**********
Penjelasan:
Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan tentang orang-orang yang berkuasa atas urusan As-habul kahfi sebagai bentuk celaan terhadap mereka, bahwa mereka mengatakan, “Kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan yang didatangi manusia dan dicari keberkahan di sana."
Pada ayat tersebut terdapat dalil, bahwa akan ada di tengah umat ini orang-orang yang membangun masjid di area pekuburan sebagaimana yang dilakukan oleh generasi sebelum mereka.
Kesimpulan:
1.    Larangan menjadikan kuburan sebagai masjid dan peringatan terhadapnya, karena hal itu dapat mengantarkan kepada kemusyrikan.
2.    Akan ada di tengah umat ini orang-orang yang membangun masjid di area pekuburan sebagaimana yang dilakukan oleh generasi sebelum mereka.
3.    Peringatan agar tidak bersikap ghuluw (berlebihan) terhadap orang-orang saleh.
4.    Menjadikan kuburan sebagai masjid termasuk bentuk ghuluw terhadap orang-orang saleh.
**********
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ حَذْوَ الْقُذَّةِ بِالْقُذَّةِ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوْهُ» ، قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ: اليَهُودَ، وَالنَّصَارَى قَالَ: «فَمَنْ»
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kamu pasti akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sama seperti bulu anak panah yang sejajar, sehingga jika mereka masuk ke lubang dhabb (hewan seperti biawak namun lebih kecil),tentu kamu akan masuk ke dalamnya.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kami ikuti?” Beliau menjawab, “Siapa lagi?” (Hr. Bukhari dan Muslim)
**********
Penjelasan:
Hadits di atas disebutkan dalam Shahih Bukhari no. 3456 dan Muslim no. 2669, namun yang saya dapatkan dengan lafaz ‘syibran bi syibrin wa dzira’an bidzira’in’, wallahu a’lam.
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan dalam bentuk khabar (berita) yang mengandung larangan, yaitu bahwa umatnya akan mengikuti tindakan yang dilakukan orang-orang Yahudi dan Nasrani meskipun dalam masalah yang ringan.
Dalam hadits tersebut terdapat dalil, bahwa umat ini bisa terjatuh ke dalam perbuatan syirik sebagaimana yang terjadi pada umat-umat terdahulu.
Kesimpulan:
1.    Terjadinya syirik di tengah-tengah umat ini seperti yang terjadi pada umat-umat sebelumnya.
2.    Bukti kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena telah terjadi apa yang Beliau sampaikan.
3.    Peringatan agar tidak menyerupai orang-orang kafir.
4.    Peringatan agar tidak melakukan perbuatan yang dilakukan orang-orang kafir berupa syirik dan perbuatan yang diharamkan Allah lainnya.
**********
Dalam riwayat Muslim dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ، فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا، وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ، وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ، وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ، فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ، وَإِنَّ رَبِّي قَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ، وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ، وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ، يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ، وَلَوِ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا - أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا - حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا، وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا
“Sesungguhnya Allah telah menghimpun bumi di hadapanku, sehingga aku dapat melihat bagian timur dan bagian baratnya. Kekuasaan umatku akan sampai kepada bagian yang dihimpunkan untukku itu. Aku juga diberikan dua simpanan berharga; merah dan putih (Romawi dan Persia). Aku memohon kepada Rabbku agar Dia tidak membinasakan umat ini karena kelaparan (paceklik) yang berkepanjangan dan tidak memberikan kekuasaan kepada musuh selain dari kaum mereka sendiri, sehingga musuh itu nantinya akan merampas negeri mereka. Lalu Allah berfirman, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Aku ketika menetapkan keputusan, maka keputusan itu tidak dapat dirubah, dan Aku telah memberikan kepadamu untuk umatmu agar tidak dibinasakan disebabkan paceklik yang berkepanjangan, dan tidak dikuasai oleh musuh selain dari kalangan mereka sendiri, sehingga musuh itu nantinya akan merampas negeri mereka, meskipun manusia yang ada di jagat raya ini berkumpul menghadapi mereka, sampai umatmu menghancurkan sebagian yang lain dan sebagian mereka menawan sebagian yang lain.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Barqani dalam Shahihnya, dan ia menambahkan,
وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمِّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ، وَإِذَا وَقَعَ عَلَيْهِمْ السَّيْفُ لَمْ يُرْفَعْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَلْحَقَ حَيٌّ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِيْنَ، وَحَتَّى تَعْبُدَ فِئَامٌ مِنْ أُمَّتِي الْأَوْثَانَ، وَإِنَّهُ سَيَكُوْنُ فِي أُمِّتِي كَذَّابُوْنَ ثَلاَثُوْنَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ لاَ نَبيَّ بَعْدِيْ، وَلاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ مَنْصُوْرَةً لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
“Sesungguhnya yang aku takuti menimpa umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan. Ketika terjadi pertumpahan darah di antara mereka, maka tidak akan berakhir sampai hari Kiamat, dan tidak akan tegak hari Kiamat sampai sekelompok umatku mengikuti kaum musyrik dan sehingga sekumpulan umatku menyembah berhala. Dan sesungguhnya akan ada di tengah-tengah umatku tiga puluh pendusta; masing-masing mereka mengaku dirinya nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada lagi nabi setelahku. Dan akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berada di atas kebenaran dan mendapatkan pertolongan. Tidak merisaukan mereka orang yang menelantarkan mereka dan menyelisihi mereka sampai tiba keputusan Allah Tabaraka wa Ta’ala (angin sejuk yang mencabut nyawa mereka).”
**********
Penjelasan:
Tsauban bin Bajdad atau bin Jahdar adalah seorang budak yang dimerdekakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selalu menemani Beliau hingga wafat. Beliau berasal dari daerah Sarah, tempat yang terletak di antara Mekkah dan Yaman, ada pula yang mengatakan dari Himyar. Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wafat, maka ia pergi ke Syam dan singgah di Ramlah, kemudian pindah ke Himsh dan tinggal di sana hingga wafat pada tahun 54 H.
Barqani adalah seorang Ahli Hadits dengan nama Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Ghalib Al Khawarizmi Asy Syafi’i. Ia lahir tahun 336 H dan wafat pada tahun 425 H. Al Khathib berkata, “Ia seorang yang tsabit (kokoh) dan wara’, kami belum pernah melihat di antara guru-guru kami yang lebih tsabit daripadanya. Ia ahli di bidang fiqih dan menyusun banyak karya.”
Hadits di atas memuat beberapa hal penting dan berita yang benar. Allah Subhaanahu wa Ta’ala menghimpun bumi untuk Beliau, sehingga Beliau melihat bagian timur dan barat bumi yang dikuasai umatnya, dan hal ini telah terwujud, dimana kekuasana umatnya telah mencapai bagian timur dan barat bumi. Beliau juga memberitahukan bahwa Beliau diberikan dua simpanan berharga, merah dan putih atau Romawi dan Persia, dan ternyata umat Beliau berhasil mengalahkan dua negara adi daya dunia ketika itu. Romawi disebut merah, karena biasanya perbendaharaan mereka adalah emas, sedangkan Persia disebut putih karena perbendaharaan mereka adalah permata dan perak.
Beliau juga meminta kepada Allah Azza wa Jalla agar umatnya tidak dibinasakan oleh paceklik panjang dan tidak diberikan kekuasaan kepada musuh untuk menguasai umatnya sehingga musuh berhasil menguasai negeri mereka dan menghabisi mereka, lalu Allah mengabulkan yang pertama dan mengabulkan yang kedua selama umat menjauhi perpecahan dan pertengkaran. Jika terjadi perpecahan dan pertengkaran, maka akan diberikan kekuasaan kepada musuh, dan hal ini pun terjadi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengkhawatirkan umatnya ditimpa pemimpin-pemimpin yang menyesatkan baik dari kalangan umara (pemerintah) maupun ulama, karena membuat manusia mengikuti mereka dalam kesesatan. Beliau juga menerangkan, bahwa ketika sudah terjadi fitnah dan peperangan di tengah-tengah umat, maka hal itu akan terus terjadi sampai hari Kiamat, sehingga ketika terbunuhnya Utsman bin Affan radhyallahu ‘anhu, maka peperangan terus terjadi sampai sekarang. Beliau juga memberitahukan, bahwa di antara umatnya ada yang mengikuti kaum musyrik baik tinggalnya maupun agamanya, dan bahkan sekumpulan umatnya ada yang berbuat syirik, kubur pun disembah, demikian pula pepohonan dan bebatuan juga disembah.
Beliau juga memberitahukan, bahwa akan muncul orang-orang yang mengaku nabi, padahal tidak ada lagi nabi setelah Beliau. Al Hafizh berkata, “Kebenaran sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah terbukti pada zaman Beliau sendiri. Ketika itu, muncul Musailamah Al Kadzdzab di Yamamah dan Al Aswad Al ‘Insi di Yaman. Pada masa pemerintahan Abu Bakar muncul Thulaihah bin Khuwalid di tengah-tengah Bani Asad dan Sajjah di tengah-tengah Bani Tamim. Al Aswad terbunuh sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Musailamah terbunuh dalam masa pemerintahan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu; dibunuh oleh Wahsyi yang pernah membunuh Hamzah pada peperangan Uhud, dan Wahsyi dibantu oleh salah seorang Anshar pada saat terjadinya perang Yamamah. Sedangkan Thulaihah bertaubat dan wafat di atas Islam pada zaman pemerintahan Umar radhiyallahu ‘anhu. Disebutkan pula, bahwa Sajjah juga bertaubat. Demikian pula muncul nabi palsu bernama Al Mukhtar bin Abu Ubaid Ats Tsaqafi dania mampu menguasai Kufah di awal pemerintahan Ibnuz Zubar. Ia menampakkan cinta kepada Ahlul Bait dan mengajak manusia menuntut darah para pembunuh Al Husain, lalu ia pun diikuti, kemudian ia membunuh para pembunuh Husain dan yang membantunya, kemudian orang-orang pun mencintainya, lalu ia mengaku sebagai nabi, dan mengatakan, bahwa Jibril alaihis salam datang kepadanya. Demikian pula muncul Al Harts Al Kadzdzab, ia muncul di zaman pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, lalu ia dibunuh, dan banyak pula yang mengaku nabi di zaman pemerintahan Bani Abbasiyyah.”
Yang dimaksud dalam hadits bukanlah setiap orang yang mengaku nabi secara mutlak, karena jumlah mereka banyak, dimana yang membuat mereka mengaku demikian adalah karena hilang akal atau gila, akan tetapi pengakuan nabi di sini adalah dari mereka yang memiliki kekuatan dan memiliki syubhat. Allah telah membinasakan orang yang mengaku nabi itu, dan masih tersisa yang akan menyusul mereka, dan diakhiri dengan Dajjal terbesar. (Lihat Fathul Majid hal. 329)    
Beliau juga menerangkan, bahwa akan tetap senantiasa ada di tengah umat Beliau segolongan orang yang berada di atas Islam dan Sunnah meskipun banyaknya gelombang fitnah, dan bahwa segolongan ini meskipun sedikit tidak membuat kendor dan lemah semangat meskipun ditelantarkan oleh manusia.
Dalam hadits di atas terdapat dalil, bahwa di tengah umat Beliau ada pula mereka yang menyembah berhala, demikian pula terdapat bantahan terhadap mereka yang mengingkari terjadinya perbuatan syirik di tengah umat ini.
Kesimpulan:
1.    Terjadinya syirik di tengah-tengah umat ini.
2.    Bukti kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3.    Kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, dimana Beliau meminta kepada Allah kebaikan untuk umatnya.
4.    Peringatan agar umat tidak berpecah-belah.
5.    Kenabian telah ditutup oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
6.    Kabar gembira, bahwa kebenaran itu tidak akan sirna secara keseluruhan, bahkan akan senantiasa ada sekelompok orang di tengah umat ini yang berpegang dengan Islam dan Sunnah tanpa peduli cemoohan manusia.

Marwan bin Musa
Maraji’: Al Mulakhkhash fii Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan), Fathul Majid (Abdurrahman bin Hasan), Maktabah Syamilah versi 3.45Tahdzibu Kamal (Yusuf bin Abdurrahman Al Mizziy), dll.