Monday, April 8, 2013

Syafaat Rasulullah yang Agung

Dalam rentang waktu yang lama sekali, mereka berdiri menanti di padang mahsyar. Padahal matahari sangat dekat jaraknya dengan mereka. Mereka dibanjiri keringatnya sendiri sesuai dengan amalannya. Mereka merasakan panas yang dahsyat, kesempitan hidup dan keletihan yang luar biasa akibat lamanya mereka menunggu keputusan, yakni selama 50 tahun.[1] Ketika hal ini terjadi, sebagian mereka –dengan hidayah Allah l– membicarakan tentang sesuatu yang akan melepaskan mereka dari tempat mereka menunggu keputusan yang sangat lama waktunya dan sangat memberatkan mereka situasinya. (Syarh Lum’atul I’tiqad, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hal. 202)

Allah l berfirman:

“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (Al-Baqarah: 210)

Kisah terjadinya syafaat Rasulullah n

Dari Abu Hurairah z, dia berkata:

Dihidangkan untuk Rasulullah n masakan daging, lalu dipilihkan untuk beliau daging paha bagian depan, yang merupakan kesukaan beliau. Beliaupun menggigitnya lalu bersabda:

“Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat. Tahukah kalian, mengapa? Allah akan mengumpulkan seluruh umat manusia dari yang pertama hingga yang terakhir di suatu tempat, di mana seorang penyeru akan mampu memperdengarkan (seruan) kepada mereka semuanya. Pandangan mata akan mampu menembus mereka semuanya, sedangkan matahari dekat sekali. Maka kesedihan dan kesusahan meliputi mereka, sampai mereka tidak mampu menanggung dan merasakannya.

Maka orang-orang berkata: “Tidakkah kalian saksikan apa yang menimpa kalian? Tidakkah kalian tahu siapa yang mampu memberikan syafaat kepada kalian di hadapan Rabba kalian?” Sebagian mereka lalu berkata kepada sebagian yang lain: “Kalian harus datang kepada Adam q.” Namun Adam q mengajukan alasan.

Kemudian mereka menemui Nuh q, namun dia juga mengajukan alasan. Kemudian mereka menemui Ibrahim q, namun dia mengajukan alasan pula. Kemudian mereka menemui Musa q, ternyata dia juga mengajukan alasan. Kemudian mereka menemui ‘Isa q, namun dia juga mengajukan alasannya.

Akhirnya mereka menemui Nabi Muhammad n dan mengatakan: “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang. Maka berikanlah syafaat kepada kami di hadapan Rabbmu. Tidakkah engkau lihat keadaan kami?”

Maka akupun berangkat sampai di bawah Arsy, lalu aku tersungkur sujud kepada Rabbku k. Kemudian Allah l membukakan untukku pujian-pujian dan sanjungan yang baik untuk-Nya, yang bleum Dia bukakan kepada seorangpun sebelumku. Kemudian dikatakan (kepadaku): “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, dan mintalah, niscaya kamu akan diberi. Berilah syafaat niscara akan diterima (syafaatmu).” Maka akupun mengangkat kepalaku kemudian aku katakan: “Umatku wahai Rabbku, umatku wahai Rabbku.”

Kemudian datanglah Allah l untuk menentukan keputusan hukum di antara hamba-Nya. Maknanya, Allah l benar-benar datang dengan cara yang Dia kehendaki, sebagaimana firman-Nya:



“Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Rabbmu; sedang malaikat berbaris-baris.” (Al-Fajr: 21-22)

Inilah syafaat agung yang khusus bagi Rasulullah n. (Syarh Lum’atul I’tiqad, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hal. 203)

Allah l berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad n:

“Dan pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Isra’: 79)

Oleh karena itulah, Rasulullah n bersabda:

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ؛ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang berdoa setelah mendengar adzan: ‘Ya Allah, Rabb yang memiliki panggilan yang sempurna dan shalat yang akan ditegakkan ini, karuniakanlah kepada Muhammad al-wasilah dan keutamaan, serta bangkitkanlah baginya kedudukan yang terpuji yang Engkau telah janjikan untuknya,’ niscaya dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat (dengan izin-Nya).” (HR. Al-Bukhari no. 579, Kitabul Adzan, Bab Ad-Du’a ‘inda an-nida’, dari Jabir bin Abdillah z)

[1] Beliau hafizhahullah mengisyaratkan kepada salah satu penafsiran friman Allah l

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (Al-Ma’arij: 4)

Lihat Tafsir Ibnu Katsir (4/357).