Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini kebenaran semua berita dari Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Mereka tidak menolaknya dengan akal atau perasaan. Mereka menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, dan mereka menolak apa yang ditolak oleh Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Di antara perkara yang diimani oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah, berdasarkan berita dari Allâh dan Rasul-Nya adalah orang-orang yang beriman akan melihat Allâh ar-Rahmân (Yang Maha Penyayang).
Orang-orang yang beriman akan melihat Allâh Azza wa Jalla di akhirat, bukan di dunia. Karena di dunia ini tidak ada seorangpun yang akan bisa melihat Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan mata kepalanya. Ini juga sebagai peringatan, ketika datang orang-orang yang mengaku sebagai Tuhan, walaupun mereka membawa banyak keajaiban, tetapi mereka bisa dilihat dengan mata kepala, maka mereka adalah pendusta dan membawa kedustaan.
Ketika memberikan peringatan kepada umat tentang kedatangan Dajjal yang akan mengaku sebagai Tuhan, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
تَعَلَّمُوا أَنَّهُ لَنْ يَرَى أَحَدٌ مِنْكُمْ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ حَتَّى يَمُوتَ
Ketahuilah dengan pasti bahwa tidak ada seorangpun di antara kamu yang akan melihat Rabb-nya (Allâh) Azza wa Jalla sampai dia mati [HR. Muslim, no. 169]
Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam kita, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam tidak pernah melihat Allâh Azza wa Jalla di dunia dengan mata kepala. Dengan rahmat Allâh, Dia menutupi diri-Nya dengan hijab (penutup) yang berupa cahaya, seandainya hijab itu dibuka, niscaya seluruh makhluk akan binasa. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih:
عَنْ أَبِي مُوسَى، قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ، فَقَالَ: ” إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ، حِجَابُهُ النُّورُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ
Dari Abu Musa al-Asy’ari z , dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam pernah berdiri di hadapan kami dan menyampaikan lima kalimat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ‘Sesungguhnya Allâh tidak tidur, dan tidak layak Allâh tidur. Dia yang menurunkan dan menaikkan timbangan. Amalan malam hari dilaporkan kepada-Nya sebelum amalan siang, dan amalan siang hari dilaporkan sebelum amalan malam. Hijab-Nya adalah cahaya. Seandainya Allâh menyingkap cahaya itu, tentu sinar wajah-Nya akan membakar makhluk-Nya sejauh pandangan-Nya. [HR. Muslim, no. 179; Ahmad, 19587 dan 19632]
Oleh karena itu, yang dilihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam (saat mi’raj-red) adalah cahaya, yang merupakan hijab Allâh Subhanahu wa Ta’ala , sebagaimana diriwayatkan dalam hadits shahih berikut ini:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ شَقِيقٍ، قَالَ: قُلْتَ لِأَبِي ذرٍّ، لَوْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَسَأَلْتُهُ فَقَالَ: عَنْ أيِّ شيْءٍ كُنْتَ تَسْأَلُهُ؟ قَالَ: كُنْتُ أَسْأَلُهُ هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ؟ قَالَ أَبُو ذَرٍّ: قَدْ سَأَلْتُ، فَقَالَ: «رَأَيْتُ نُورًا»
Dari Abdullah bin Syaqiq, dia berkata, “Aku berkata kepada Abu Dzar z , seandainya aku melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam , aku pasti bertanya kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam ” Abu Dzar z berkata, “Kamu akan bertanya tentang apa?” Dia menjawab, “Aku akan bertanya kepada Beliau, ‘Apakah engkau melihat Rabb-mu?’. Abu Dzar z berkata, “Aku telah bertanya, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab, “Aku melihat cahaya”. [HR. Ahmad, no. 21392; Muslim, no. 178; at-Tirmidzi 3282]
DALIL-DALIL AL-QUR’AN
Banyak dalil dari al-Qur’an yang menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman akan melihat Allâh Azza wa Jalla di akhirat, di antaranya.
1. Firman Allâh Azza wa Jalla :
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allâh Azza wa Jalla ). Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya [Yûnus/10: 26]
Kata “tambahan” dalam ayat ini dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam dengan melihat wajah Allâh Azza wa Jalla , sebagaimana di dalam hadits berikut ini:
عَنْ صُهَيْبٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ “، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ} : يونس: 26
Dari Shuhaib, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)?’ Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?’ Lalu Allâh membuka hijab (penutup yang menutupi diri-Nya), dan penghuni surga tidak pernah diberi suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai dari pada melihat Allâh Azza wa Jalla ”. Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam membaca ayat, (yang artinya), ‘Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya”. ( Yûnus/10: 26) [HR. Muslim, no. 297-298 /181]
2. Firman Allâh Azza wa Jalla :
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ ﴿٢٠﴾ وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ﴿٢١﴾وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ﴿٢٢﴾إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat. Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) waktu itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat. [Al-Qiyâmah/75: 20-23]
Saat menjelaskan makna ayat ini, Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Kemudian Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman ‘Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) waktu itu berseri-seri’, dari kata nadhârah, yaitu bagus, indah, berseri-seri, bergembira. Firman Allâh ‘Kepada Rabbnyalah mereka melihat’, yaitu mereka melihat langsung sebagaimana diriwayatkan oleh imam al-Bukhâri rahimahullah di dalam kitab Shahihnya, “Sesungguhnya kamu akan melihat Rabbmu secara langsung”.
Dan telah pasti bahwa orang-orang Mukmin akan melihat Allâh Azza wa Jalla di negeri akhirat. Diriwayatkan di dalam banyak hadits shahih dari jalur-jalur mutawatir menurut imam-imam hadits, tidak mungkin menolaknya atau menghentikannya”. [Tafsir Ibnu Katsir, 8/279, tahqiq: Salamah]
3. Firman Allâh Azza wa Jalla :
كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) pada hari kiamat benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka [al-Muthaffifin/83: 15]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan makna ayat ini, “Yaitu mereka (orang-orang kafir) pada hari kiamat akan mendapatkan rumah dan tempat tinggal sijjîn (neraka). Kemudian bersamaan itu mereka juga terhalang dari melihat Rabb dan Pencipta mereka.
Imam Abu Abdillah asy-Syafi’i t berkata, “Ayat ini merupakan dalil bahwa orang-orang Mukmin pada hari kiamat akan melihat Allâh Azza wa Jalla .”
Apa yang dikatakan oleh Imam asy-Syafi’i ini sangat bagus, yaitu berdalil dengan pemahaman ayat ini, sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh firman Allâh, yang artinya, “Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) waktu itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat”. [Al-Qiyamah/75: 22-23]
Itu juga ditunjukkan oleh hadits-hadits shahih yang mutawatir. Bahwa orang-orang Mukmin akan melihat Allâh Azza wa Jalla di negeri akhirat, melihat dengan mata di lapangan kiamat dan di taman-taman surga yang megah”. [Tafsir Ibnu Katsir, 8/351, tahqiq: Salamah]
DALIL-DALIL AS-SUNNAH
Selain ayat-ayat al-Qur’an, banyak sekali hadits shahih memberitakan bahwa orang-orang Mukmin akan melihat Allâh Subhanahu wa Ta’ala di negeri akhirat. Di antaranya sebagai berikut:
1.Hadits Jarir bin Abdullah Radhiyallahu anhu
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَظَرَ إِلَى القَمَرِ لَيْلَةً – يَعْنِي البَدْرَ – فَقَالَ: «إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ، كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القَمَرَ، لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا» ثُمَّ قَرَأَ: {وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الغُرُوبِ}
Dari Jarir bin Abdullah z , dia berkata, “Kami berada di dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam , kemudian Beliau melihat bulan purnama, lalu Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya kamu akan melihat Rabb kamu sebagaimana kamu melihat bulan ini. Kamu tidak mendapatkan kesusahan untuk melihat-Nya. Kalau kamu mampu tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka lakukannlah”. Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam membaca ayat, (yang artinya),“Dan bertasbihlah sambil memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya)”. (Thaha/20: 130; Qof/50: 39) [HR. Al-Bukhâri, no. 554, 573; Muslim, no. 633]
2. Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ، أَخْبَرَهُ أَنَّ نَاسًا قَالُوا لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ؟» قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «هَلْ تُضَارُّونَ فِي الشَّمْسِ لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ؟» قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: ” فَإِنَّكُمْ تَرَوْنَهُ،
Dari ‘Atha bin Yazid al-Laitsi, bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu anhu memberitakan kepadanya, bahwa orang-orang (para Sahabat) bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam , “Wahai Rasûlullâh! Apakah kita akan melihat melihat Rabb kita di hari kiamat? Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab, ‘Apakah kamu mendapatkan kesusahan melihat bulan saat malam purnama?” Mereka menjawab, “Tidak”.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bertanya lagi, “Apakah kamu mendapatkan kesusahan melihat matahari saat tidak ada mendung?” Mereka menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Sesungguhnya kamu akan melihat Rabb kamu.” [HR. Al-Bukhâri, no. 7473; Muslim, no. 182]
3. Hadits Abu Said al-Khudri Radhiyallahu anhu
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ أُنَاسًا فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ القِيَامَةِ؟ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «نَعَمْ، هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ بِالظَّهِيرَةِ ضَوْءٌ لَيْسَ فِيهَا سَحَابٌ»، قَالُوا: لاَ، قَالَ «وَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ ضَوْءٌ لَيْسَ فِيهَا سَحَابٌ؟»: قَالُوا: لاَ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَا تُضَارُونَ فِي رُؤْيَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ القِيَامَةِ، إِلَّا كَمَا تُضَارُونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا
Dari Abu Said al-Khudri, bahwa orang-orang di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Apakah kita akan melihat melihat Rabb kita di hari kiamat?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab, ‘Ya. Apakah kamu mendapatkan kesusahan melihat matahari di siang hari, ketika sinarnya tidak ada mendung?” Mereka menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Apakah kamu mendapatkan kesusahan melihat bulan saat malam purnama, ketika cahayanya tidak ada mendung?” Mereka menjawab, “Tidak”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Kamu tidak akan mendapatkan kesusahan melihat Allâh Subhanahu wa Ta’ala , kecuali seperti kamu mendapatkan kesusahan melihat matahari dan bulan”. [HR. Al-Bukhâri, no. 4581; Muslim, no. 183]
AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Apa yang telah kami sampaikan di atas adalah salah satu dari prinsip dasar Ahlus sunnah wal jamâ’ah, yang tercantum dalam kitab-kitab akidah para Ulama salaf. Yaitu mengimani bahwa kaum Mukminin akan melihat Allâh Subhanahu wa Ta’ala di akhirat nanti. Di antara Ulama yang menerangkan hal ini adalah imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, beliau menyatakan, “(Termasuk prinsip-prinsip dasar Ahlus sunnah adalah kewajiban) mengimani (bahwa kaum Mukminin) akan melihat (Allâh Azza wa Jalla ) pada hari kiamat, sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam di dalam hadits-hadits yang shahih”. [Kitab Ushûlus Sunnah, hlm. 23, cet. Dârul Manâr, Arab Saudi]
Oleh karena itu di antara doa yang diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam di dalam shalat adalah memohon kenikmatan memandang wajah Allâh Azza wa Jalla :
اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ، وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ، أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي، اللَّهُمَّ وَأَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ، وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَنْفَدُ، وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَاءَ بَعْدَ الْقَضَاءِ، وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ، وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ، اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ»
Ya Allâh! Dengan pengetahuan-Mu terhadap yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas semua makhluk, hidupkanlah aku selama Engkau tahu kehidupan itu lebih baik bagi-ku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu kematian itu lebih baik bagiku.
Ya Allâh! Sesungguhnya aku memohon rasa takut kepada-Mu di saat sendiri maupun dalam keadaan terang-terangan, aku memohon perkataan yang benar di saat senang maupun marah, aku memohon kesederhanaan, baik dalam keadaan fakir maupun kaya, aku memohon kenikmatan yang tak akan habis, dan aku memohon kesenangan yang tak pernah putus. Aku memohon keridhoan atas ketetapan-Mu, aku memohon ketentraman setelah kematian, dan aku memohon kenikmatan memandang wajah-Mu, dan kerinduan bertemu dengan-Mu, bukan dalam kesusahan yang membinasakan dan cobaan yang menyesatkan.
Ya Allâh! Hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memberi petunjuk dan diberi petunjuk.” [HR. An-Nasai, 1305; Ahmad, no. 18325; Al-Hakim, no. 1923. Dishahihkan oleh Al-Albani dan Syu’ab al-Arnauth, dan lainnya]
Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi kita, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikut setianya sampai hari pembalasan. Wal hamdulillahi Rabbil ‘alamiin.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XXI/1438H/2017M. Oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari]