Bab : Tawakkal Kepada Allah
Firman Allah Ta’ala,
وَعَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Terj. Qs. Al Maidah: 23)
**********
Penjelasan:
Dalam bab ini penyusun (Syaikh Muhammad At Tamimi) hendak menerangkan, bahwa tawakkal adalah ibadah yang harus ditujukan kepada Allah semata dan tidak boleh diarahkan kepada selain-Nya.
Ayat di atas berkenaan dengan kisah Nabi Musa ‘alaihis salam saat memerintahkan kaumnya memasuki negeri suci (Palestina) yang Allah telah tetapkan bagi mereka dan agar mereka tidak mundur ke belakang karena takut kepada musuh, bahkan hendaknya mereka terus maju sambil bertawakkal kepada Allah dan meyakini benarnya janji Allah jika mereka sebagai orang-orang yang beriman.
Ayat di atas memerintahkan kita agar hanya bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla saja.
**********
Firman Allah Ta’ala,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Terj. Qs. At Taubah: 18)
**********
Penjelasan:
Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat orang-orang yang benar-benar beriman, yaitu: (1) bergemetar hatinya ketika disebut nama-Nya, sehingga mereka kerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, (2) iman mereka bertambah ketika mendengarkan ayat-ayat-Nya dibacakan, dan (3) menyerahkan urusan mereka kepada Allah serta bersandar kepada-Nya.
Ayat di atas menunjukkan, bahwa bertawakkal hanya kepada Allah merupakan sifat orang-orang yang beriman.
Kesimpulan:
1. Perintah bertawakkal kepada Allah, dan bahwa hal itu merupakan sifat orang-orang mukmin.
2. Iman dapat bertambah dan berkurang. Ia bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
3. Beriman kepada Allah menghendaki untuk bertawakkal hanya kepada-Nya.
4. Di antara sifat orang-orang mukmin adalah tunduk dan menghinakan diri kepada Allah Azza wa Jalla.
**********
Firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Wahai Nabi, cukuplah Allah sebagai pelindungmu, dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (Qs. Al Anfaal: 64)
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan mencukupkan keperluannya.” (Qs. Ath Thalaq: 3)
**********
Penjelasan:
Pada kedua ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan Nabi dan umatnya, bahwa Dia sudah cukup bagi mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi bersandar kepada selain-Nya.
Kedua ayat di atas menunjukkan wajibnya bertawakkal kepada Allah saja.
Ada seorang yang berkata,
مَنْ أَرَادَ حُجَّةً فَالْقُرْآنُ يَكْفِيْهِ ، وَ مَنْ أَرَادَ مُغِيْثًا فَاللهُ يَكْفِيْهِ ، وَ مَنْ أَرَادَ وَاعِظًا فَالْمَوْتُ يَكْفِيْهِ ، وَ مَنْ لَمْ يَكْفِهِ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ فَإِنَّ النَّارَ تَكْفِيْهِ، قَالَ تَعَالَى :" أَلَيْسَ اللهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ"
“Barang siapa yang menginginkan hujjah (alasan) yang kuat, maka Al Qur’an sudah cukup baginya. Barang siapa yang hendak mencari pelindung, maka Allah sudah cukup baginya. Barang siapa yang hendak mencari penasihat, maka kematian sudah cukup baginya. Dan barang siapa yang merasa tidak cukup dengan semua itu, maka neraka sudah cukup baginya. Allah Ta’ala berfirman, “Bukankah Allah yang mencukupi hamba-hamba-Nya?”
Kesimpulan:
1. Wajibnya bertawakkal hanya kepada Allah Ta’ala.
2. Keutamaan tawakkal kepada Allah dan faedahnya.
3. Tawakkal merupakan sebab terbesar dalam menarik manfaat dan menolak mafsadat.
4. Balasan tergantung amalan yang dilakukan.
**********
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata, “Ucapan,
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia sebaik-baik Pelindung.”
Diucapkan Nabi Ibrahim saat dirinya dilempar ke dalam api, dan diucapkan Nabi Muhammad shallallahu alaih wa sallam saat orang-orang berkata kepadanya,
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,"
maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (Terj. Qs. Ali Imran: 173)
(Hr. Bukhari dan Nasa’i)
**********
Penjelasan:
Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma menyampaikan bahwa ucapan “Hasbunallah wani’mal wakil,” diucapkan oleh dua orang kekasih Allah Azza wa Jalla, yaitu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan Nabi Ibrahim alaihis salam dalam situasi yang sangat kritsis.
Nabi Ibrahim ‘alaihs salam mengucapkannya saat mengajak kaumnya hanya beribadah kepada Allah saja, namun mereka malah menolak ajakannya, lalu Beliau menghancurkan patung-patung sesembahan mereka, kemudian mereka marah besar dan mengumpulkan kayu bakar dalam jumlah banyak untuk membakar Nabi Ibrahim alaihis salam, dan pada saat mereka melempar Beliau dengan manjenik (alat pelempar) ke tengah-tengah api itu, maka Beliau mengucapkan “Hasbunallah wa ni’mal wakil,” lalu Allah berfirman kepada api, “Wahai api, dinginlah dan berikan keselamatan bagi Ibrahim,” (lihat Qs. Al Anbiya’: 69).
Demikian pula diucapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam saat orang-orang kafir Quraisy mengirim beberapa orang untuk mengancam Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dengan ucapan,“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,"
Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Lihat Qs. Ali Imran: 173-174)
Dalam kalimat “Hasbunallah wa ni’mal wakil,” terdapat pernyataan dan sikap penyerahan diri, pasrah, dan bersandar kepada Allah Azza wa Jalla.
Kesimpulan:
1. Keutamaan kalimat “Hasbunallah wa ni’mal wakil,” dan bahwa ucapan ini patut diucapkan pada suasana genting.
2. Tawakkal termasuk sebab terbesar memperoleh manfaat dan menolak mafsadat baik di dunia maupun di akhirat.
3. Iman dapat bertambah dan dapat berkurang.
4. Terkadang sesuatu yang dibenci seseorang merupakan kebaikan baginya.
Wallahu a’lam wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa alaa alihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Mulakhkhash fii Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan), Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Penulis), Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.