Tuesday, August 7, 2018

Rasul Membawa Kabar Gembira dan Memberi Peringatan

وأرسلَ اللهُ جميعَ الرُّسلِ مبشِّرينَ ومُنذرينَ، والدليلُ قولُهُ تعالى رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ[النساء:165]،
وأولُهُمْ نوحٌ عليهِ السلامُ، وآخِرُهُم محمدٌ صلى الله عليه وسلم وهو خاتِمُ النَّبيينَ والدليلُ على أنَّ أوَّلُهُم نوح قوله تعالى: إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ[النساء:163]
Tujuan Allah mengutus para rasul adalah untuk menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan. Dalilnya adalah firman Allah : “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.“(An-Nisaa’ : 165)
Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihis salam dan yang terakhir adalah Muhammad dan beliau adalah penutup para nabi. Dalil bahwa Nuh merupakan rasul yang pertama diutus adalah firman Allah : “Sesungguhnya Kami telah mamberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya,” (An-Nisaa’ : 163)
Perkataan penulis:
Allah mengutus para rasul untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan.
Ini adalah salah satu dari hikmah diutusnya para rasul kepada manusia. Maksud menyampaikan kabar gembira (tabsyir) adalah menyebutkan ganjaran dan pahala bagi yang mau taat. Dan kemudian memberikan peringatan (indzar) adalah mengancam orang yang durhaka dan orang kafir dengan kemurkaan dan siksaan Allah Ta’ala. Terkadang tabsyir digunakan sebagai ancaman seperti Firman Allah:
فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih[Ali Imran : 21, At-Taubah : 34, Al-Insyiqaaq : 24]
Namun pada  dasarnya tabsyir digunakan untuk suatu kebaikan dan indzar digunakan untuk suatu kejelekan.
Perkataan penulis :
dan dalilnya adalah firman Allah Ta’ala: “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” [An-Nisaa’ : 165]
Ayat ini merupakan dalil bahwa tugas para rasul ialah memberikan kabar gembira bagi siapa saja yang mentaati Allah dan mengikuti keridhaan-Nya dengan melakukan kebaikan. Dan bagi siapa yang menentang perintah-Nya dan mendustakan para rasul-Nya akan diancam dengan hukuman dan siksaan.
Ayat di atas juga merupakan dalil bahwa tidak ada lagi hujjah bagi makhluk di hadapan Allah setelah diutusnya para rasul. Karena para rasul sudah menerangkan kepada segenap manusia tentang urusan agama mereka, tentang hal-hal yang  diridhai dan yang dimurkai Allah Ta’ ala, begitupula tentang jalan menuju jannah dan jalan menuju neraka. Tidak ada lagi alasan. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah:
وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُم بِعَذَابٍ مِّن قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولاً فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِن قَبْلِ أَن نَّذِلَّ وَنَخْزَى
Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al Qur’an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?” [ThaaHaa : 134]
Perkataan penulis:
Rasul pertama adalah Nuh ‘Alaihissalam dan yang terakhir adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dalil bahwa Nuh adalah rasul pertama terdapat dalam Firman Allah : “Sesungguhnya Kami telah mamberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah  memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya.”
Para ulama berdalil dengan ayat ini bahwa Nuh adalah rasul pertama. Sisi penambilan dalilnya dari kalimat [مِنْ بَعْدِهِ – yang kemudiannya] pada Firman-Nya [وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ – dan nabi-nabi yang kemudiannya]. Jika ada rasul sebelum Nuh tentunya telah disebutkan dalam ayat ini.
Adapun dari As-Sunnah ialah  sebuah hadits shahih tentang syafaat, ketika manusia mendatangi nabi Adam untuk meminta syafaat, beliau berkata kepada mereka:
ائتوا نوحًا فإنه أول رسول إلى الأرض
“Pergilah kalian kepada nabi Nuh! Karena ia adalah rasul pertama yang diutus ke muka bumi” maka mereka pun pergi mendatangi Nuh dan berkata: “Engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi… ” [Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhary (no. 334). Muslim (no. 194) dari hadits Abu Hurairah yang terdapat dalam Shahihain. Juga ada yang dari Anas Bin Malik]
Hadits ini merupakan dalil yang terkuat bahwa Nuh adalah Rasul pertama. Dan nabi Adam sendiri menyebutkan bahwa Nuh sebagai Rasul pertama di atas muka bumi.
Adapun mengenai kerasulan Adam para ulama berselisih pendapat apakah ia seorang nabi ataukah rasul? Bagi yang mengatakan bahwa ia adalah seorang rasul, mereka berkata: “Tidak ada pertentangan antara kerasulan beliau  dengan kerasulan Nuh. Karena kerasulan Adam hanya untuk istri dan anak-anak beliau saja. Dan manusia pada saat itu masih sedikit. Tidak ada penduduk bumi selain mereka. Adapun kerasulan Nuh untuk penduduk bumi. Atau kerasulan Adam untuk anak-anaknya, mereka adalah para muwahhidin yang mengetahui syariatnya dan Nuh diutus kepada orang-orang kafir untuk menyeru mereka agar bertauhid. [Lihat Fathul Bary (6/373), (11/43-434). Syarah Muslim karya An-Nawawy (3/57)]
Sebahagian ahli sejarah menyebutkan bahwa Idris adalah kakek Nuh. Jika Idris adalah kakek beliau tentunya kerasulannya lebih terdahulu. Para ulama lainnya berkata: “Idris I bukan kakek Nuh ‘alaihissalam tapi beliau adalah salah seorang nabi Bani Israil.”
Hal lain yang menunjukkan bahwa Idris adalah salah seorang dari Nabi Bani Israil yang diutus belakangan ialah hadits Mi’raj Nabi, yaitu ketika rasul bertemu dengan Idris di langit yang keempat. Beliau memberikan salam kepada Idris dan dijawab:
أهلاً بالأخ الصالح والنبي الصالح
“Selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih”.
Kalaulah Idris kakek beliau tentunya akan dikatakan kepada beliau. “Selamat datang anak yang shalih.” Namun Ibnu Hajar menyanggahnya: “Bahwa yang demikian itu tidak mesti, mungkin saja ia ucapkan seperti itu karena tawadhu’. [Fathul Bary (6/374)]
Yang jelas pendapat manapun dapat dipegang.
Kesimpulannya bahwa tidak ada dalil yang kuat menetapkan Idris lebih dahulu diutus, namun yang pasti Nuh I lebih dahulu diutus, Allahu a’lam.
Penulis mencantumkan dalil bahwa Nuh adalah rasul pertama dan tidak mencantumkan dalil yang menunjukkan bahwa Muhammad yang terakhir karena dianggap sudah jelas, yakni Firman Allah Ta’ala:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” [Al-Ahzab : 40]
Sumber : Syarah 3 Landasan Utama karya Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, At-Tibyan Solo.